Elon Musk Meminta Maaf Setelah Olok-Olok Pekerja Twitter Penyandang Disabilitas
Elon Musk meminta maaf setelah secara terbuka mencemooh seorang karyawan Twitter dengan membahas kecacatannya.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Miliarder Elon Musk meminta maaf setelah secara terbuka mencemooh seorang karyawan Twitter dengan membahas kecacatannya.
“Saya ingin meminta maaf kepada Halli atas kesalahpahaman saya tentang situasinya. Itu didasarkan pada hal-hal yang saya diberitahu tidak benar atau, dalam beberapa kasus, benar, tetapi tidak bermakna,” cuit Musk, seperti yang dikutip dari CNN Business.
Peristiwa itu bermula ketika seorang direktur senior Twitter yang berbasis di Islandia, Haraldur Thorleifsson, memposting sebuah tweet yang mempertanyakan mengapa akses komputernya telah terputus sembilan hari sebelumnya.
Putusnya akses komputer Thorleifsson bersamaan dengan kabar yang beredar bahwa Twitter memberhentikan sekitar 200 karyawan, sehingga dia bermaksud memastikan kejelasan status karyawannya.
“Kepala SDM Anda tidak dapat memastikan apakah saya seorang karyawan atau bukan,” tulis Thorleifsson.
Musk menjawab dalam sebuah tweet dengan menanyakan, "pekerjaan apa yang telah kamu lakukan?"
Ketika Thorleifsson memberikan daftar tugasnya sebagai balasan pertanyaan miliarder AS itu, Musk tampaknya meragukan beberapa poin. Dalam tweet terpisah, miliarder itu mengatakan Thorleifsson "tidak melakukan pekerjaan nyata, yang diklaim sebagai alasan bahwa dia memiliki kecacatan yang mencegahnya mengetik."
Thorleifsson mengklarifikasi dalam sebuah tweet, dia menderita distrofi otot, suatu penyakit degeneratif yang membuatnya berada di kursi roda selama lebih dari 20 tahun.
Baca juga: Karyawan Twitter Sebut Elon Musk Selalu Dikawal saat Berkeliling Kantor, Termasuk ke Kamar Mandi
Namun ternyata, Thorleifsson merupakan pendiri perusahaan branding digital yang diakuisisi Twitter pada 2021.
Dia bahkan telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan presiden Islandia karena memelopori upaya amal untuk membangun 1.000 jalur kursi roda di sekitar Reykjavik untuk meningkatkan aksesibilitas kota.
"Saya tidak dapat melakukan pekerjaan manual (dalam hal ini berarti mengetik atau menggunakan mouse) untuk waktu yang lama tanpa tangan saya mulai kram," katanya.
Baca juga: Tampilan Mirip Twitter, Aplikasi Bluesky Makin Disukai Pengguna Media Sosial
“Namun saya bisa menulis selama satu atau dua jam sekaligus. Ini bukan masalah di Twitter 1.0 karena saya adalah direktur senior dan tugas saya sebagian besar adalah membantu tim bergerak maju, memberi mereka saran strategis dan taktis,” imbuh Thorleifsson.
Ini bukan pertama kalinya Elon Musk, salah satu orang terkaya di dunia, secara terbuka mengolok-olok karyawan di Twitter, perusahaan yang dibelinya seharga 44 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Dia telah berseteru di platform berlogo burung biru tersebut dengan mantan eksekutif Twitter, memecat karyawan yang mengkritiknya dan dalam satu kasus secara terbuka menyebut tweet mantan karyawan tentang dia dengan mengatakan itu adalah hasil dari "kasus tragis serangan dewasa Tourette."
Baca juga: Aplikasi Buatan Mantan CEO Twitter Jack Dorsey Meluncur ke App Store
Dalam setahun terakhir, pekerja Twitter tampaknya menghadapi beberapa hal yang mengejutkan di perusahaan. Dimulai dari drama akuisisi Musk atas perusahaan media sosial itu, hingga putaran PHK yang menyerang Twitter.
Ratusan mantan karyawan Twitter sekarang mengambil tindakan hukum terhadap perusahaan, menuduh Twitter melanggar janji pesangon yang telah dijanjikan, dan dalam beberapa kasus menuding perusahaan melakukan diskriminasi, termasuk terhadap karyawan penyandang disabilitas.
Twitter mengalami salah satu gangguan atau error terbesar sejak pengambilalihan Musk, dengan banyak pengguna sama sekali tidak dapat mengakses situs dan yang lainnya menghadapi masalah dalam mengklik tautan atau melihat foto, selama sekitar satu jam pada Senin (6/3/2023).
Gangguan itu adalah kesalahan teknis besar ketiga yang dihadapi Twitter dalam waktu kurang dari sebulan, yang terjadi setelah Musk memangkas karyawan perusahaan dari sekitar 7.500 pekerja sebelum pengambilalihannya, menjadi kurang dari 2.000 pekerja dan terlibat dalam serangkaian upaya pemotongan biaya lainnya.