Sky News Australia Hapus Akun TikTok, Singgung Risiko Keamanan Data
Media berita Sky News Australia meninggalkan TikTok karena alasan keamanan data
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Larangan Pemerintah
Pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah melarang aplikasi ini di perangkat pemerintah.
Pemerintah Joe Biden mengancam akan melangkah lebih jauh dengan memberlakukan larangan yang lebih luas, kecuali jika pemilik TikTok di China menjual saham mereka di perusahaan tersebut.
Larangan menyeluruh akan menghalangi akses 150 juta pengguna AS ke platform tersebut.
Baca juga: CEO TikTok Shou Zi Chew Viral di Platformnya Sendiri setelah Disidang Kongres AS Lebih dari 4 Jam
TikTok telah berulang kali membantah memiliki hubungan dengan Beijing, dan CEO-nya Shou Chew mengatakan dalam sidang kongres AS baru-baru ini bahwa ia tidak melihat bukti pemerintah China memiliki akses ke data pengguna.
Chew juga tidak melihat adanya bukti yang menunjukkan pemerintah China meminta TikTok menyerahkan data penggunanya.
Selain itu, dia mengatakan jumlah informasi yang dikumpulkan perusahaan pada pengguna tidak lebih banyak dari kebanyakan pemain industri.
Meskipun sejumlah pemerintah telah bergerak untuk menghapus TikTok dari ponsel karyawan mereka, sebagian besar perusahaan berita besar belum mengikutinya.
Bulan lalu, BBC menyarankan para stafnya untuk menghapus TikTok dari ponsel kerja mereka, mengikuti langkah serupa yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik Denmark, DR, tetapi lembaga penyiaran Inggris ini masih mempublikasikan kontennya di aplikasi video pendek tersebut kepada jutaan pengikutnya.
Houghton mengatakan keputusan BBC untuk melarang aplikasi tersebut namun tetap mempublikasikan konten di TikTok merupakan sebuah "paradoks", yang "membuktikan bahwa rasa lapar untuk menjangkau demografi baru telah memutarbalikkan strategi editorial di ruang redaksi secara global."
Sebelum menghapus akunnya, Houghton mengatakan Sky News Australia memiliki 65.000 pengikut dan "jutaan penayangan video."
Sky News dikenal dengan komentar konservatifnya dan pada tahun lalu digambarkan dalam sebuah laporan oleh lembaga think tank Inggris, Institute for Strategic Dialogue, sebagai "saluran sayap kanan yang penting dengan pengaruh yang semakin besar di dunia internasional."