Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Techno

Mahfud MD: Ada 800 Ribu Akun Medsos Gelap yang Jadi Tempat Bermainnya Buzzer

Kelompok buzzer biasanya diorganisir dan bekerja tergantung siapa yang membayarnya.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Mahfud MD: Ada 800 Ribu Akun Medsos Gelap yang Jadi Tempat Bermainnya Buzzer
YouTube KAHMI
Menkominfo Ad Interim Mahfud MD. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan sampai tahun 2022 terdapat 800 ribu akun gelap di media sosial yang menjadi tempat buzzer atau pendengung "bermain".

Mahfud menjelaskan, saat ini media sosial sudah menyaingi media-media mainstream. Menurutnya, kelompok buzzer biasanya diorganisir dan bekerja tergantung siapa yang membayarnya.

Ia juga menyoroti fenomena di lapangan bahwa ada buzzer yang dibayar untuk menjadi oposisi, namun ada juga yang mendukung pemerintah.

Namun Mahfud menyatakan tidak mengetahui siapa yang membayar mereka, termasuk buzzer-buzzer yang dibayar untuk mendukung pemerintah.

Mahfud kemudian membandingkan jumlah media mainstream dengan buzzer di Indonesia berdasarkan data terakhir yang dimilikinya.

Media mainstream di Indonesia dalam artian memiliki penanggung jawab, kata dia, berjumlah sekira 1.000.

Berita Rekomendasi

Hal tersebut disampaikannya pada pidato kuncinya dalam acara Seminar Nasional Literasi Media dan Politik Jelang Pemilu 2024: Mitigasi Konflik SARA dan Penguatan Partisipasi Warga di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (23/5/2023).

Baca juga: Gantikan Johnny G Plate Jadi Plt Menkominfo, Mahfud MD Curhat Difitnah Buzzer Babat Pejabat Eselon 1

"Tapi akun-akun gelap, yang menjadi tempat bermainnya buzzer itu, sampai tahun kemarin, tahun 2022 itu jumlahnya 800 ribu. 1.000 lawan 800 ribu. Dan ini (buzzer) bikin berita saja seenaknya," kata Mahfud.

Sebelumnya, ia juga menjelaskan bahwa pemilu adalah salah satu perwujudan nyata dari demokrasi. 

Dalam konteks itu, salah satu pilar penting dari pemilu adalah pers atau media. Dia menceritakan pengalamannya ketika rapat dengan sejumlah tokoh terkait dengan perkembangan media atau dunia pers.

Baca juga: Tersangka Penyebar Hoaks Thrifting Dijadikan Baju Lebaran Ternyata Seorang Buzzer

Mahfud juga membandingkan bagaimana pers dibungkam di era Orde Baru, dengan pers saat ini yang telah bebas.

Namun, kata dia, saat ini pers sudah lemah secara ekonomi. "Kita gembira, masyarakat bebas, pers bebas. Tapi kemudian kalau kita lihat sekarang ini, pers itu sudah lemah secara ekonomis, tapi juga orientasinya oligarkis," kata Mahfud.

Baca juga: Unggah Meme Puan Berbadan Tikus, BEM UI Mulai Diserang Buzzer

"Saat ini, setahun sebelum pemilu bahkan, kita sudah bisa menyaksikan media A secara halus bahkan terang-terangan mendukung kadidat A. Saya mendukung ini. Yang B mendukung B."

"Preferensi pemilik modal juga sangat berpengaruh akan sikap dan pemberitaan media. Apalagi jika media dimiliki oleh pemilik yang jelas-jelas berafiliasi dengan salah satu parpol, atau kandidat," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas