Survei Consensys: Dibandingkan Jepang, Orang Indonesia Lebih Banyak Mengetahui Tentang Web3
Indonesia memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap kripto yang dianggap sebagai mata uang masa depan.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei terbaru yang dilakukan Consensys yang dilakukan secara global, menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki kesadaran akan konsep Web3.0 dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Asia, dengan 23 persen responden menyatakan memiliki pengetahuan tentang Web3, dibandingkan hanya 9 persen di Jepang.
Berbeda dengan beberapa negara Asia lainnya, Indonesia memiliki persepsi yang paling positif dan progresif terhadap kripto yang dianggap sebagai mata uang masa depan (17 persen) dan memiliki potensi untuk kepemilikan digital (15%), serta sebagai alternatif terhadap ekosistem keuangan tradisional (9%).
Pendiri dan CEO Consensys, Joe Lubin mengatakan, temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia dengan populasi pemuda yang dimilikinya, sangat terbuka terhadap konsep-konsep Web3.0 dan berada pada posisi yang baik untuk menjadi salah satu yang terdepan dalam pergeseran paradigma menuju Internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas.
Baca juga: Masyarakat Indonesia Diprediksi Makin Familiar Pada Web3 dan DeFi di 2030
"Hasil-hasil tersebut juga menggambarkan pengguna Indonesia sebagai builder dan pencipta yang berorientasi ke masa depan, yang berkontribusi pada transformasi era baru Internet," kata Joe dalam keterangannya, Kamis (29/6/2023).
Dilansir dari CoinMarketCap.com, Web 3.0 adalah internet generasi ketiga yang akan datang di mana situs web dan aplikasi akan dapat memproses informasi dengan cara yang cerdas melalui teknologi seperti machine learning, big data, teknologi buku besar terdesentralisasi (DLT) dan sebagainya.
Web 3.0 awalnya disebut Web Semantik oleh penemu World Wide Web Tim Berners-Lee dan ditujukan untuk menjadi internet yang lebih mandiri, cerdas, dan terbuka dan Consensys merupakan perusahaan teknologi perangkat lunak dalam bidang web3.
Berdasarkan survei itu, dimungkinkan Indonesia menjadi negara yang paling progresif dan menjanjikan dalam mengarah ke Internet yang didukung oleh pengguna dan berpusat pada komunitas.
Dalam survei tersebut juga ditemukan, 77% responden menjawab bahwa mereka telah memberikan nilai tambah pada Internet, persentase yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebagian besar negara lain dan semua negara Asia yang disurvei (misalnya Jepang dengan persentase 40%).
Survei juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang paling peduli terhadap privasi di Asia dan hanya kalah dari Nigeria secara global (dengan 92% responden menyatakan bahwa privasi data penting bagi mereka).
Indonesia juga menempati peringkat kedua dalam keinginan untuk membagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dari data pengguna (81%), serta untuk memiliki lebih banyak kontrol atas data pengguna mereka (89%).
Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat pertama di Asia dalam keyakinan terhadap kepemilikan digital, yang menunjukkan bahwa mereka seharusnya memiliki hal-hal yang mereka ciptakan di Internet.
Sebanyak 15.158 individu berusia antara 18 hingga 65 tahun dari 15 negara di Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia telah berpartisipasi dalam survei yang didanai dari Consensys dengan pelaksana penelitian oleh grup periset data online dan analitik teknologi, YouGov. Responden dari Indonesia mencapai 1.015 orang.