Fox Logger Garap Bisnis GPS Tracker ke Sektor Transportasi Hingga Logistik dan Jasa Keamanan
Fox Logger kini menjadi salah satu pemain yang cukup dominan di pasar GPS Tracker Indonesia baik di segmen B2C maupun B2B.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fox Logger kini makin ngegas di bisnis GPS tracking berbasis Internet of Things (IoT) di Indonesia dengan menggarap beragam perusahaan di berbagai sektor usaha. Sektor-sektor yang saat ini serius digarap adalah perusahaan di industri leasing, transportasi, sampai logistik, serta jasa keamanan.
Sejak pertama kali dirilis pada tahun 2015, Fox Logger kini menjadi salah satu pemain yang cukup dominan di pasar GPS Tracker Indonesia baik di segmen B2C maupun B2B.
“Sekali lagi, kami sangat bersyukur. Perjalanan selama 8 tahun, termasuk di masa pandemi yang merupakan disrupsi besar, membuat kami makin kuat dan kreatif untuk memberikan layanan yang unggul kepada pelanggan,” ujar Alamsyah Cheung, CEO PT Sumber Energi Makmur, perusahaan yang menaungi Fox Logger, Rabu 6 September 2023.
Baca juga: Gandeng SPE Solution, Bank DKI Perkuat Layanan Keuangan Digital
Layanan utama yang ditawarkan di bisnis GPS tracking ini adalah kemudahan dalam pelacakan dan pengawasan, karena itu bisnis layanan terserap oleh banyak sektor usaha.
“Semula Fox Logger hanya dimaksudkan mengisi pasar GPS yang saat itu lebih didominasi fungsi navigasi, ternyata kinerjanya melebihi harapan,” ujar Alam.
Alam merintis bisnis Fox Logger delapan tahun lalu bersama partnernya, Darren Suciono, dan sempat mengalami jatuh bangun mengembangkan bisnis GPS Tracker ini. "Apalagi di tahun 2015 ketika semuanya baru dimulai. Mereka memulainya dari nol, dana yang minim, dan segala keterbatasan," ujarnya.
Bisnis ini diawali dari usaha patungan modal dengan mendirikan kios kecil berukuran 12 m2. Alam dan Darren merintis bisnis ini bersama seorang karyawan yang mengurus administrasi dan keuangan.
Dengan dukungan kegigihan dan kecerdasan strategi menggarap pasar mereka berupaya menciptakan inovasi produk, operasional bisnis, serta fokus pada kepuasan pelanggan.
Hasilnya tak mengecewakan. Perlahan tapi pasti, pasar menerima mereka. Dan akhirnya mereka pindah lokasi usaha ke rumah petak berukuran 30 m2. Jumlah karyawan kemudian bertambah menjadi 7 orang.
Karena laju bisnisnya makin kencang, operasional kantor mereka kemudian kembali boyongan ke sebuah ruko 3 lantai dan memperkerjakan 25 karyawan.
Sebelum mendirikan Fox Logger, Alam sendiri pernah menjadi salesman keliling salah satu distributor GPS di Jakarta, menggarap pasar-pasar mobil dan toko-toko suku cadang otomotif di seantero Ibu Kota.
Baca juga: Perusahaan GPS Tracking Ini Raih Pertumbuhan Pendapatan Tertinggi Versi Telkomsel
Berbekal pengalamannya menjadi distributor GPS, dia jadi paham ceruk pasar GPS tracker yang belum disentuh para pemain, kebutuhan user, jejaring pasar, hubungan dengan prinsipal, hingga manajemen stok. “Selama menjadi salesman saya memahami dengan baik lika-liku bisnis ini,” kata Alam.
Alam menuturkan GPS tracker tidak hanya menghadirkan kemudahan dalam pelacakan dan pengawasan, tetapi juga memenuhi berbagai kebutuhan industri yang berkaitan dengan transportasi, logistik, serta keamanan.
Dia mengatakan, ketika pandemi datang danbanyak start-up tumbang, bisnis Fox Logger tetap bertahan, bahkan penjualannya tumbuh positif hingga kemudian memindahkan kantor operasonalnya ke tower 8 lantai di bilangan Cideng, Jakarta Barat, dengan 50 orang karyawan.