Platform X Kini Kenakan Tarif Bulanan, Bayar 1 Dolar Bisa Posting dan Balas Tweet
Platform X yang sebelumnya bernama Twitter menguji coba tarif berbayar kepada pengguna media sosialnya di Selandia Baru dan Filipina mulai Oktober ini
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Platform X yang sebelumnya bernama Twitter menguji coba tarif berbayar kepada pengguna media sosialnya di Selandia Baru dan Filipina mulai Oktober ini.
“Mulai 17 Oktober 2023 kami telah mulai menguji 'Not A Bot', metode berlangganan baru untuk pengguna baru di dua negara,” ujar isis pengumuman X
Sebelum uji coba tarif berbayar ini diberlakukan pada bulan lalu Elon Musk CEO platform X telah mengisyaratkan ke pelanggan terkait adanya penerapan layanan tarif berbayar untuk pengguna platform media sosial X.
Sebagai catatan, penerapan tarif berlangganan ini tidak akan diberlakukan untuk semua pengguna, namun hanya diterapkan bagi akun baru dan akun unverified sebagaimana dilansir dari The Guardian.
Besaran tarif yang dibebankan ke pengguna platform X yakni sebesar 1 dolar AS atau sekitar Rp 15.800 per tahun.
Dengan bergabung ke dalam paket berbayar, nantinya para pengguna akan diberikan akses agar dapat menulis, membalas, me-retweet, dan menyukai postingan pengguna lain.
Sementara pengguna yang memilih tidak berlangganan X, mereka hanya bisa melihat unggahan, menonton video, dan mengikuti akun lain. Namun mereka tidak dapat berinteraksi dengan sesama pengguna platform X.
Untuk pembayarannya, Elon Musk menyarankan pengguna untuk melakukan pembayaran via kartu kredit.
Tujuannya, untuk mempermudah para petugas dalam melakukan verifikasi identitas pengguna, serta untuk memperketat keamanan agar akun yang tidak autentik tidak bisa mengakses layanan platform X versi berbayar.
Baca juga: UE: Platform X Milik Elon Musk adalah Sumber Disinformasi Terbesar
Lebih lanjut, dalam keterangan tertulisnya Elon Musk menjelaskan pemberlakuan tarif berbayar tidak dimaksudkan untuk menambah keuntungan platform X. Melainkan untuk mengurangi keberadaan akun bot otomatis yang dikendalikan robot serta meminimalisir aktivitas spam dan penipuan yang belakangan beredar luas di platform X.
Terlebih dalam sepekan terakhir platform X ramai dibanjiri berita hoax terkait perang antara kelompok militan asal Palestina Hamas dengan Israel.
Baca juga: Elon Musk Dihujat Netizen, Platform X Sebarkan Kabar Bohong Seputar Perang Hamas-Israel
Akibat beredarnya ribuan postingan hoax, Elon Musk dikritik para netizen serta para peneliti global. Mereka menilai Musk gagal menangani krisis misinformasi yang dapat menyesatkan masyarakat dunia.
“Sekarang hampir tidak mungkin untuk membedakan mana yang fakta, mana yang rumor, mana yang konspirasi, mana yang trolling. Perubahan yang dilakukan Musk tidak hanya membuat X menjadi tidak berguna, namun semakin membuat X jadi media sosial yang buruk,” jelas Mike Rothschild, peneliti teori konspirasi.