Mengenal Soft Power, Kunci untuk Mempertahankan dan Memajukan Industri Game Indonesia
Dari semua industri konten, ada satu sektor yang paling menonjol dan dapat menjadi soft power yang kuat, yaitu sektor gim atau game.
Editor: Content Writer
Data Fortune Business Insight menyebutkan bahwa saat ini pasar global gim pada tahun 2022 bernilai $249,55 miliar dan pada tahun 2023 tumbuh menjadi $281,77 miliar dan akan terus meningkat hingga $665,77 miliar pada tahun 2030.
Indonesia Sedang Kalah Dalam Perang Tak Kasat Mata
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia ini juga memiliki jumlah pemain gim yang besar. Ada sebanyak 174 juta orang pemain gim di Indonesia, angka ini jauh di atas negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Saat ini, Indonesia pun sedang berada di tengah-tengah ‘perang’ yang menggunakan soft power, yaitu “Perang Tak Kasat Mata”, dan dalam perang ini Indonesia kondisinya sedang kalah.
Tahun 2021 pasar gim Indonesia itu bisa mencapai USD 2 miliar, atau kurang lebih Rp30 triliun. Sayangnya, dari Rp30 triliun itu sebagian besar uangnya (99,5 persen) justru pergi ke luar (negeri) dan hanya 0.5 persen saja yang bisa dinikmati oleh pengembang gim lokal di Indonesia. Angka ini bisa semakin kecil jika tidak segera dilakukan langkah yang konkrit terkait industri gim lokal di Indonesia.
Padahal industri gim di Indonesia sudah berhasil menelurkan beberapa gim asli buatan Indonesia, seperti Lokapala yang menjadi gim MOBA pertama buatan Indonesia. Pada 2021, 85 persen pasar gim nasional dikuasai oleh 100 (seratus) gim jenis multiplayer, baik yang kooperatif (sosial) maupun kompetitif (esports). Sedangkan, 15 persen sisanya diperebutkan oleh 400.000 (empat ratus ribu) gim single player/kasual.
Kondisi ini tentunya akan membahayakan Indonesia, khususnya dari segi produktivitas. Karena Indonesia di tahun 2045 akan memasuki masa keemasan (golden age), di mana usia penduduk yang produktif lebih banyak daripada usia penduduk yang tidak produktif. Atau dengan kata lain, penduduk yang berusia muda akan lebih banyak. Jika ‘kekalahan’ ini tidak bisa segera diubah, maka di tahun 2045 bukannya malah jadi masa paling produktif namun malah bisa sebaliknya.
Apa yang Dilakukan oleh Negara Lain Terutama Asia Tenggara?
Indonesia yang saat ini dianggap sebagai pemimpin ASEAN pun terancam posisinya, karena negara-negara lain di Tenggara Asia mulai berlomba-lomba menjadi pemimpin industri gim di kawasan. Pemerintah Malaysia misalnya, telah mengalokasikan anggaran belanja tahun 2024 sebesar Rp120 miliar untuk industri gim lokal, memberikan grants sebesar Rp3,5 miliar untuk satu Intellectual Property (IP) baru, dan Rp7 miliar untuk pengembangan IP.
Thailand pun makin serius dalam memanfaatkan soft power. Tokoh penting di partai besar Thailand berjanji akan mendorong industri gim lokal, karena Thailand melihat bahwa nilai ekspor gim Korea Selatan bernilai 12 kali lipat dari K-Pop dan 100 kali lipat lebih besar daripada industri film Korea.
Bahkan Singapura yang total pemain gim-nya hanya 2,8 juta atau hanya sekitar 2 persen dari total pemain gim di Indonesia sudah sangat serius dalam menangani industri gim di negaranya. Industri gim di Singapura tumbuh sebesar 70 persen tiap tahunnya dari tahun 2017 sampai sekarang. Angka tersebut melampaui penghasilan dari ecommerce di negaranya. Langkah ini selaras dengan rencana Singapura yang ingin menjadi hub utama gim dan esports di Asia dengan esports tourism board-nya.
Tidak hanya di Asia Tenggara, India sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia juga mendukung industri gim lokal. Pada tahun 2020, Pemerintah India mengeluarkan kebijakan yang melarang gim Mobile Legends dan 58 aplikasi asal Tiongkok lainnya untuk beredar di Google Play dan Apple’s App Store India. Sehingga, hal tersebut memacu tumbuhnya pengembang gim lokal di India.