Hati-hati Berinteraksi di Internet, Etika Digital Penting untuk Berkomunikasi
Saat ini tantangan berjejaring di dunia maya, yakni anonimitas, jejak digital, ujaran kebencian (hate speech) dan perundungan siber (cyberbullying)
Penulis: Erik S
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, TANJAB BARAT – Teknologi mengubah cara berkomunikasi dan berinteraksi, apa yang dilakukan di internet bisa berdampak besar, baik positif atau negatif.
Di internet, berlaku hukum ”Jarimu Harimaumu”, artinya apa yang dilakukan di internet bisa berbalik ke diri kamu sendiri.
Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nahrudin, menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kamis (3/10/2024).
Dalam diskusi online bertajuk ”Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu!”, Nahrudin mengatakan, semua yang ditulis dan aktivitas di internet bisa dilihat oleh banyak orang, bahkan mungkin tidak akan hilang untuk selamanya.
”Untuk itu kita perlu hati-hati, dan etika berjejaring itu penting. Lindungi diri sendiri, hargai orang lain. Etika digital penting untuk berkomunikasi dengan sopan dan penuh tanggung jawab,” ujar Nahrudin dalam diskusi yang dipandu moderator Nabila Amanda Putri itu.
Etika berjejaring, menurut Nahrudin, di antaranya berkomentar tidak baik yang dapat merusak reputasi diri dan orang lain. Lalu, membully atau menyebarkan hoaks yang dapat menyakiti dan merugikan orang lain.
Baca juga: Kejahatan Internet di Jepang Sangat Memprihatinkan, Inilah Modelnya
”Tantangan berjejaring di dunia maya, yakni anonimitas, jejak digital, ujaran kebencian (hate speech) dan perundungan siber (cyberbullying),” tegas Nahrudin di hadapan siswa yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Nahrudin menambahkan, dunia maya memungkinkan kita menjadi siapa saja, sehingga memicu perilaku buruk. ”Apa pun yang kamu lakukan di internet bisa ditemukan lagi di masa depan. Apalagi internet bisa jadi tempat untuk penyebaran kebencian kalau kita tidak berhati-hati,” pungkasnya.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Tanjung Jabung Barat kali ini, antara lain: SMPN 1, SMPN 2, SMPN 3, SMPN 5 Kuala Tungkal, SMPN 2 Betara, SMPN 1 Merlung, SMPN 2, SMPN 4 Tungkal Ulu, SMAN 1, SMAN 7, dan SMAN 9 Tanjung Jabung Barat.
Senada, pegiat literasi digital Indonesia Moh. Rouf Azizi mengatakan, etika berjejaring yang perlu diperhatikan pengguna digital di dunia maya, yaitu tidak menyebarkan informasi atau berita hoaks.
”Penyebar hoaks dapat dijerat Pasal 28 ayat (1) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur tentang penyebaran berita bohong di media elektronik termasuk media sosial,” tegas Moh. Rouf Azizi.
Dosen Universitas Islam Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) Deny Yudiantoro memberikan tips berjejaring di dunia maya. Di antaranya, tidak menyebar hoaks, tidak asal posting, stop cyberbullying, dan tidak posting konten sensitif.
”Cara menjaga diri dalam berjejaring, tidak mudah terprovokasi, tidak asal sharing, tidak over posting, tidak berkomentar kasar di media sosial, hindari menghujat, menghina dan melecehkan,” rinci Deny Yudiantoro.
Program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD digelar sebagai upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.