Nasib TikTok di Ujung Tanduk, Pengadilan Federal AS Tolak Gugatan Banding
TikTok terancam mandek beroperasi di Amerika Serikat setelah Pengadilan Federal AS menolak permintaan TikTok untuk perpanjangan waktu.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Namun pengadilan menolak tawaran tersebut dengan mengatakan bahwa larangan dilakukan sebagai tanggapan atas kekhawatiran selama bertahun-tahun di Washington bahwa perusahaan induk aplikasi ByteDance yang berasal dari China menimbulkan risiko keamanan nasional.
Baca juga: TikTok Terancam Diblokir di AS per 19 Januari 2025, ByteDance Minta Tinjauan Mahkamah Agung
"Undang-undang ini merupakan puncak dari tindakan partisipan yang ekstensif dari Kongres dan presiden-presiden sebelumnya."
"Undang-undang ini dibuat dengan hati-hati untuk menangani hanya kontrol oleh musuh asing, dan merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk melawan ancaman keamanan nasional yang beralasan yang ditimbulkan oleh (Republik Rakyat Tiongkok)," kata juru bicara pengadilan AS.
"Dalam situasi seperti ini, ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang yang ada di hadapan kami bertahan dari peninjauan yang paling teliti." tambahnya.
China Pilih Tutup TikTok Ketimbang Menjualnya ke AS
ByteDance, perusahaan induk Tiktok di China kabarnya memilih menutup aplikasi TikTok daripada harus menjualnya ke perusahaan AS. Langkah ini akan diambil lantaran TikTok gagal menggugat undang-undang di AS yang memaksa divestasi perusahaan.
Hal serupa juga turut dikonfirmasi empat sumber Reuters di AS, mereka menyatakan ByteDance tidak akan menjual TikTok, lantaran algoritma TikTok dinilai terlalu penting untuk seluruh bisnis ByteDance.
Baca juga: Australia Larang Anak Usia di Bawah 16 Tahun Akses TikTok hingga Instagram
TikTok AS hanya menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan dan jumlah pengguna ByteDance. Karena itu, menutup TikTok di Amerika Serikat dinilai lebih baik daripada menjual aplikasi tersebut ke perusahaan AS.
Kendati ByteDance telah menolak desakan menjual TikTok, sejumlah miliarder dikabarkan telah mengantre untuk mengakuisisi TikTok.
Diantaranya ada Bobby Kotick, mantan kepala raksasa video game Activision Blizzard, dan Kevin O'Leary, investor Kanada dari acara TV "Shark Tank," . Keduanya menyatakan minatnya untuk mengakuisisi TikTok.
Baca juga: Mulai 2025 Aplikasi TikTok Dilarang Beroperasi, Disebut Melakukan Pencurian Data
Seorang analis keuangan memperkiraan harga jual Tiktok jika aplikasi itu kemungkinan terjual, harga yang akan dipatok ByteDance diprediksi mencapai 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.574 triliun.
Harganya cukup rendah dibandingkan dengan angka penjualan TikTok di AS. Tahun lalu, layanan tersebut menghasilkan 16 miliar dolar AS atau Rp 251 triliun.