Komunitas Nebengers, Dari Nebeng di Jalan Menjelma Jadi Ide Bisnis
Awal kisahnya dari nebeng pada mobil dengan rute atau arah yang sama, lama-lama jadi komunitas bisnis bersama.
Editor: Agung Budi Santoso
Bazar kemarin juga dimanfaatkan Karla dan Camalita Christine untuk menjajakan aneka produk organik. Keduanya merupakan teman kuliah yang juga bergabung menjadi warga Nebengers.
”Jualan ini, sih, pas acara bazar saja. Lagi mau coba,” kata Camalita.
Utus, Nebengers asal Bandung yang menjadi ketua pelaksana bazar, membenarkan adanya manfaat ekonomi yang dirasakan sejumlah warga Nebengers. Manfaat ekonomi ini menjadi buah dari kepercayaan tebeng-menebeng.
”Jadi, sekarang bukan hanya solusi transportasi yang dirasakan warga Nebengers, melainkan juga manfaat ekonomi,” katanya.
Kelola profesional
Pendiri Nebengers, Andreas Aditya, Putri Sentanu, dan Stefany Putri, mengaku punya rencana mengelola Nebengers secara profesional. ”Perlu persiapan, termasuk model bisnisnya,” kata Putri Sentanu.
Menjelang tiga tahun usia komunitas ini, kebutuhan untuk menjadikan komunitas ini profesional muncul seiring perkembangan warga. Moderator akun Twitter, misalnya, kini dikelola tujuh orang. Awalnya, pengelola komunitas ini hanya tiga orang.
Pengelola menyaring pesan yang masuk dan membuang pesan yang dikirim oleh akun palsu. ”Setiap hari, ada sekitar 1.000 pesan yang kami tweet ulang,” kata Andreas.
Penyelenggaraan pertemuan komunitas seperti bazar kemarin merupakan upaya untuk menggalang dana selain tentu saja mempertemukan warga komunitas. Selama ini, dana yang terkumpul itu habis untuk operasional dan perawatan situs.
Tahun lalu, komunitas ini meluncurkan aplikasi ponsel untuk mendapat teman perjalanan dengan daerah tujuan yang sama. Aplikasi ”Nebengers 2.0” dapat diunduh secara gratis melalui sistem operasi Android.
Berbagai modal komunitas ini sebaiknya juga dijadikan bagian dari solusi kemacetan di Jabodetabek. (ART)