Museum Tsunami di Banda Aceh, Catatan Kelam yang Jadi Aset Wisata Sejarah Bumi Serambi Indonesia
Museum Tsunami di Kota Banda Aceh, dokumentasi catatan kelam bencana tsunami yang jadi aset wisata sejarah dan pendidikan.
Editor: Agung Budi Santoso
Sementara desau angin membelai lembut siapa saja yang datang.
Terletak di ketinggian sekitar satu meter, taman terbuka ala masyarakat urban tersebut ibarat oase yang mengalirkan kesejukan.
Tempat yang diresmikan pada 2008 lalu itu tak pernah sepi pengunjung.
Akhir pekan dan hari libur nasional menjadi puncak kunjungan.
Wisatawan lokal dan turis mancanegara tumpah ruah ke gedung yang apabila dilihat dari kejauhan menyerupai kapal laut lengkap dengan cerobongnya.
Seluruh detail bangunan yang menempel padanya melemparkan ingatan kita saat sang badai menyapu pesisir Aceh dan sembilan negara tetangga lainnya yang dijilati Samudera Hindia.
Dilengkapi Kafetaria dan Galeri Seni
Bagi yang ingin mengisi perut, pengunjung tak perlu khawati karena kafetaria siap menyuguhkan makanan maupun minuman ringan pelepas dahaga.
Kehadiran galeri seni mini yang berdiri satu atap dengan museum menawarkan buah tangan khas Aceh.
Pengunjung bisa menenteng sovenir khas Aceh dengan harga yang relatif bersahabat dengan kantong.
Tempat ini dibuka mulai jam 08.00 – 16.00 WIB setiap harinya.
Namun tatkala Serambi menyambangi tempat ini pada Sabtu, (16/5) atau bertepatan dengan libur nasional, pemerintah setempat sebagai pengelola hanya membuka lantai dasar yang notabenenya memang ruang terbuka.