Museum Tsunami di Banda Aceh, Catatan Kelam yang Jadi Aset Wisata Sejarah Bumi Serambi Indonesia
Museum Tsunami di Kota Banda Aceh, dokumentasi catatan kelam bencana tsunami yang jadi aset wisata sejarah dan pendidikan.
Editor: Agung Budi Santoso
Selanjutnya pengunjung diajak memasuki ruang kenangan yang menyuguhi slide foto yang berbicara tentang nestapa yang merundung Aceh melalui perangkat-perangkat monitor.
Puluhan foto saat dan ketika evakuasi bencana dilakukan terbingkai rapi layaknya pameran , berjejer membuat terenyuh.
Sementara miniatur museum tsunami membuat pengunjung bisa melihat bangunan monumental sarat filosofis itu dari segala sisi.
Deretan Nama-nama Korban
Selanjutnya silahkan mengayunkan langkah menuju sumur doa. Ruang berbentuk silinder dengan nama-nama korban yang menempeli setiap jengkal dinding dan lafadz Allah bertulisan Arab pada puncaknya.
Pendaran lampu membuat ruangan temaram dan sempitnya ruangan membuat suara bergaung.
Dari situ pengunjung beranjak ke lorong cerobong atau lorong kebingungan.
Lantai nan berkelok sengaja dirancang untuk mengajak pengunjung merasakan gelombang kekalutan yang mendera warga yang kehilangan sanak kerabat dan harta benda.
Sinaran yang menyusup di ujung lorong mengantarkan pengujung ke jembatan harapan.
Jembatan yang melengkung ini menukilkan 54 bendera yang mengucapkan kata damai dengan bahasa masing-masing dengan simbol bendera kebangsaan.
Satu dekade telah berlalu, namun mahaduka itu masih segar dalam ingatan.
Tentu saja bukan hanya untuk dikenang tapi juga untuk diambil pengajaran.
Pemerintah setempat gencar melakukan simulasi bencana bagi warganya.
25 Desember menjadi puncak peringatan yang dihelat dalam bingkai doa bagi yang sudah menjadi korban dan harapan baru yang ditinggal.
Bagi mereka yang diberi kesempatan kedua itu penderitaan justru baru saja dimulai karena sejatinya setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru.
Bencana maha dahsyat itu telah meruntuhkan sekat-sekat perbedaan dan merekatkan hubungan antar bangsa.
Wajah Banda Aceh lebih molek justru usai badai menyapa.
Datang dan buktikan sendiri.