Museum Tsunami di Banda Aceh, Catatan Kelam yang Jadi Aset Wisata Sejarah Bumi Serambi Indonesia
Museum Tsunami di Kota Banda Aceh, dokumentasi catatan kelam bencana tsunami yang jadi aset wisata sejarah dan pendidikan.
Editor: Agung Budi Santoso
Sebuah kebijakan yang membuat kening mengernyit dan hati menyimpan tanda tanya lantaran hari libur nasional justru adalah saat-saat museum tsunami dibanjiri pengunjung.
Tak kurang dari seribuan pengunjung tumpah ruah kemari setiap harinya.
Museum tsunami menempati letak strategis tepat di depan lapangan Blang Padang dan hanya terpaut beberapa meter dari masjid Raya Baiturrahman.
Bisa Naik Bentor, Sudako atau Ojek
Untuk menuju ke tempat ini ada banyak alternatif angkutan umum yang bisa dipilih.
Bisa becak motor, sudako (labi-labi), atau ojek. Jika berangkat dari seputaran Banda Aceh, maka cukup merogoh kocek ribuan atau belasan ribu saja untuk sampai kemari.
Namun bagi pengunjung yang datang dari luar daerah ada baiknya menanyakan tarif terlebih dulu sebelum menjatuhkan pilihan.
Hal ini karena banyaknya pelaku jasa angkutan nakal yang mengutip ongkos diluar tarif yang ditetapkan Organda.
Damri bisa menjadi pilihan yang tepat menjelajah kota.
Meskipun belum menjadi kota sadar wisata, namun keramahan khas orang Timur memburat dalam keseharian warga Tanah Rencong.
Jadi jangan ragu untuk bertanya.
Memasuki museum, pemandu siap mengantarkan pengunjung memasuki labirin waktu dan merasakan sensasi saat badai datang menyapa.
Menapaki lorong tsunami sepanjang 30 meter dengan ketinggian 19-23 meter ini, gemuruh air yang mengalir di kedua sisinya membekap pendengaran pengunjung.
Ditingkahi keremangan cahaya dalam ruangan sempit nan lembab yang menggambarkan ketakutan yang melanda masyarakat Aceh kala itu.