Perahu Korban Tsunami Aceh yang Nyangkut Rumah Ini Sengaja Tak Diturunkan, Aset Wisata Sejarah
Perahu korban tsunami yang nyangkut di sebuah atap rumah ini sengaja tak diturunkan. Didesain sebagai aset wisata sejarah.
Editor: Agung Budi Santoso
Namun badai tsunami menyeretnya hingga 1 Km dan keberadaannya telah menyelamatkan 59 nyawa.
“Konon setelah mereka yang berkesempatan naik ke dalam boat tersebut tidak melihat bahwa ketika air sudah mulai agak surut di bawah kapal kayu tersebut ada buaya yang lumayan besar,” demikian dituturkan kakak Abasiah yang saat peristiwa itu terjadi berada di lantai 2 rumahnya yang berhadapan langsung dengan kediaman Misbah-Abasiah.
Perahu Korban Tsunami yang Jadi Destinasi Wisata
Dua tahun usai mahaduka itu terjadi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengganti rugi lahan dan rumah keluarga Misbah-Abasiah serta boat nelayan.
Kini boat (perahu) yang telah menyelamatkan puluhan warga setempat disulap menjadi objek wisata.
Pun begitu demi sebuah kenyamanan hingga sekarang pembangunan terus dilakukan. Pemugaran dilakukan tanpa mengubah wujud aslinya.
Sementara fasilitas pendukung seperti keberadaan mushala lengkap dengan kamar kecil menjadi kebutuhan yang tak bisa ditawar.
Hal ini mengingat pengunjung yang datang dari berbagai pelosok negeri hingga negeri jiran.
Setiap harinya tak kurang 400 pengunjung membanjiri situs wisata sejarah yang terletak di Jalan Tanjung tersebut.
Berada sekitar 1 Km dari jantung Kota Banda Aceh, Lampulo menelusup di antara hiruk pikuk ibu kota provinsi.
Letaknya yang tersembunyi di sudut kota memburatkan pemandangan khas kampung nelayan.
Jejeran kapal tradisional milik nelayan setempat tertambat di bibir Krueng Aceh.
Di tepian sungai tampak para nelayan sedang lesehan menjalin temali untuk dijadikan jaring.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.