Kherkof, Saksi Bisu Kematian 2.200 Serdadu Belanda di Aceh, Destinasi Wisata Sejarah Turis Asing
Inilah Kherkof, saksi bisu kematian 2.200 serdadu Hindia Belanda di Aceh, kini jadi destinasi wisata sejarah turis asing.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Reporter Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Inilah Kherkof, saksi bisu kematian 2.200 serdadu Hindia Belanda yang terkubur di bumi Serambi Mekkah, Aceh. Ada kisah apa saja di tempat ini?
Tulisan yang menukilkan nama-nama manusia terpahat di atas tembok marmer putih yang dari kejauhan terlihat seperti noktah.
Pintu gerbang ini awalnya dibangun tahun 1893 M dan terbuat dari batu bata. Di atas pintu tertulis: untuk sahabat kita yang gugur dalam medan perang. Tulisan tersebut juga dituangkan dalam Bahasa Arab, Melayu, dan Jawa.
Dibangun sejak 1880, Kherkof menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 2.200 serdadu Hindia Belanda.
Banyak hal menarik yang bisa ditemui dalam perkuburan itu, seperti kisah seorang prajurit semasa hidupnya sampai saat ia mengembuskan napas terakhir. Semua itu dinukilkan secara sekilas pada batu nisan.
Kuburan petinggi militer Belanda, Jenderal Kohler, di komplek Kherkof di Aceh. Sang jenderal tewas dalam perang Aceh. (Serambi Indonesia/ Nurul Hayati)
Seakan-akan batu-batu itu menuturkan cerita si pemilik nisan.
Bangunan yang diretas oleh pemerintah Belanda itu menjadi saksi dahsyatnya perang yang berkecamuk di provinsi yang menjadi ‘daerah modal’ republik ini.
Selain menjadi tempat pengistirahatan terakhir bagi sebagain besar tentara Kerajaan Hindia Belanda, dalam area perkuburan itu juga terdapat makam putra mahkota Sultan Iskandar Muda yaitu, Pangeran Pho-tu-tjoet yang konon dihukum mati oleh sang ayah yang seorang sultan lantaran berbuat kriminal. Oleh karena itu Kherkof juga kerab disebut kuburan Peutjut.
Kherkof sendiri berasal dari Bahasa Belanda yang berarti halaman gereja atau kuburan.
Hingga kini komplek makam terawat baik dengan batu nisan berbalut cat putih di tengah taman bunga. Lahan tempat makam itu dibeli dari seorang Yahudi yang menjadi tuan tanah di kawasan Blower, Banda Aceh.
Pemerintah Belanda selaku penyandang dana telah mempercayakan pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menjaga kondisi makam.
Seorang sejarawan, konsultan, dan penjaga makam siap mengajak anda mengetahui lebih dalam perihal perang yang berkecamuk di Aceh tempo dulu (1873 – 1942).
“Kherkof menjadi bukti kehebatan Aceh melawan Belanda. Belanda mengeluarkan pernyataan perang dengan Aceh dan Aceh menjadi satu-satunya daerah yang tidak berhasil mereka duduki sehingga menjadi daerah modal bagi republik ini,” terang Sejarawan Aceh, Rusdy Sufi.