Warung Sai Laqu Tanjung Bungkak, Denpasar, Kuliner Khas Bali Dengan Tarif Ramah
Warung Sai Laqu yang berada di Jalan Hayam Wuruk No 146/256, Tanjung Bungkak, Denpasar, Bali, sajikan kuliner khas Bali dengan harga ramah kantong.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina
TRIBUNNNEWS.COM, DENPASAR - Sesuai namanya, Warung Sai Laqu yang berada di Jalan Hayam Wuruk No 146/256, Tanjung Bungkak, Denpasar, Bali, mengusung konsep warung.
Namun, tidak hadir sebagai sembarang warung, dengan konsep sederhana, Warung Sai Laqu menawarkan suasana yang cukup nyaman bagi pengunjung.
Tentu dengan tetap mengedepankan sentuhan tradisional Bali, yang ditampilkan dari segi bangunannya.
Yakni dengan dominasi kayu dan bambu sebagai elemen utamanya, tempat ini hadir dengan konsep open air.
Untuk bangunannya, Warung Sai Laqu hadir dua lantai, yakni area mezzanine di bagian atas dan bawah.
Ada juga area indoor, di bagian coffee shop, yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin udara.
Ditambah dengan adanya satu bale bengong di area depan jalan masuk menuju warung.
Area ini bisa menjadi pilihan bagi para pengunjung yang ingin menikmati hidangan dengan suasana santai.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang pengunjung sekaligus pelanggan Warung Sai Laqu, Ni Nengah Sutrisni.
Sembari menikmati hidangan wajib favoritnya di area bale bengong, dia menyebutkan, lokasi tempat ini cukup strategis, di tengah perkotaan tetapi bukan di jalur padat.
Suasana Warung Sai Laqu Tanjung Bungkak, Denpasar Bali (Tribun Bali, Cisilia Agustina)
“Suasananya nyaman dan udaranya di sini pun sejuk, dan yang lebih saya senangi lagi, karena di sini menawarkan makanan rakyat,” ujar wanita asal Singaraja ini.
Tidak hanya merakyat dari segi sajiannya, tetapi juga dari harganya.
Ramah di Kantong
Dengan suasana tempat seperti yang ditawarkan Sai Laqu, harga tiap sajian masih tergolong ramah di kantong.
Untuk makanan dibanderol mulai harga Rp 11 ribu hingga yang paling mahal Rp 26 ribu.
Sedangkan minuman, dihargai Rp 6.000-Rp 26 ribu.
Manajer Warung Sai Laqu, Agus mengatakan, sejak Juni 2014, pihaknya mulai berkembang ke arah kuliner.
Yang ditonjolkan adalah kuliner tradisional Bali, dan cukup banyak menyajikan menu khas Singaraja, yang merupakan daerah asal pemilik tempat.
Untuk fungsi, Warung Sai Laqu tidak hanya menawarkan diri sebagai warung makan.
Namun, tempat ini dapat mengakomodasi berbagai kegiatan.
Seperti arisan, ulang tahun, gathering hingga meeting dapat digelar di sini.
“Untuk booking tempat minimal satu hari sebelumnya. Kalau untuk makanan, terutama jika ada permintaan khusus, kami minta waktu 2-3 hari untuk persiapan,” tambah Agus.
Cita Rasa Asam, Manis, dan Pedas Es Rujak Bir
Es Rujak Bir namanya. Satu minuman khas Buleleng ini dihadirkan sebagai menu khas di Warung Sai Laqu.
Cukup jarang ditemui di area Denpasar, menu minuman segar yang menggugah selera ini juga cukup menarik perhatian dan menjadi favorit para pengunjung di sini.
“Saya senang di sini bisa nemu Es Rujak Bir. Ini minuman khas Buleleng, tempat asal saya,” ujar Sutrisni.
Es Rujak Bir merupakan rujak dalam format minuman, dengan isian daging kelapa.
Seperti halnya rujak, minuman satu ini memilki cita rasa asam, manis dan pedas.
Di siang hari yang panas menuju sore hari, minuman ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin nongkrong santai bersama teman, kerabat maupun keluarga.
“Mirip Es Kelapa Muda, tetapi untuk airnya menggunakan air bumbu rujak. Jadi rasanya nano-nano, asam, manis, pedas,” tambah Agus.
Selain Es Rujak Bir, beberapa menu lainnya juga cukup menjadi favorit para pengunjung di Sai Laqu.
Antara lain, Tipat Kuah, Bubur Campur, dan Nasi Campur Jukut Undis.
Ada juga menu tradisional lainnya, seperti tipat cantok, aneka rujak dan jaja Bali campur turut disuguhkan.
Namun, untuk menu-menu tradisional ini disajikan hanya hingga pukul 18.00 Wita.
Sementara setelah pukul 18.00 Wita, yakni memasuki waktu makan malam, Warung Sai Laqu menawarkan menu lainnya.
Seperti Nasi Goreng, Rawon, Mi Goreng, Lalapan, Gado-gado dan makanan umum lainnya.
“Sayangnya untuk kuliner tradisionalnya tidak sampai malam. Jadi kalau ke sini lewat dari jam 18.00 Wita, sudah tidak bisa pesan lagi,” ujar Sutrisni.
Untuk hal tersebut, Sai Laqu pun punya alasan tersendiri mengapa sajian tradisional ini dibatasi waktu penyajiannya.
Menurut Agus, ini untuk menjaga kualitas dan cita rasa dari makanan itu. Kalau dibiarkan terlalu lama hingga malam, sudah kurang bagus untuk disajikan.
Kenalkan Kopi Banyuatis Khas Singaraja
Sebelum berkembang ke ranah kuliner seperti saat ini, awalnya Sai Laqu hadir sebagi sebuah coffee shop.
Sebagai kedai kopi, tempat ini menawarkan Kopi Banyuatis, yang merupakan biji kopi lokal yang khas dan didatangkan langsung dari dataran tinggi Buleleng.
“Awalnya memang di sini berfokus pada coffee shop. Ada brand khusus yang ingin kami perkenalkan, yakni Kopi Banyuatis khas Singaraja,” kata Agus.
Tak hanya dari biji lokal, tetapi yang ditonjolkan dalam minuman kopinya pun adalah Kopi Tubruk.
Meskipun begitu, varian kopi lainnya yang berbasis pada espresso, juga ditawarkan.
Untuk espresso based, Sai Laqu menggunakan blend khusus yang masih berasal dari Kopi Banyuatis.
Biji kopi Banyuatis ini berasal dari kebun milik owner sendiri.
Yang kemudian dikelola dalam pabrik milik keluarga.
Jadi, secara keseluruhan, proses pengelolaan langsung dan quality control dilakukan sendiri.
Mulai dari green bean hingga menjadi biji kopi siap pakai yang telah melewati proses roasting.
Kopi Banyuatis ini juga sudah dipasarkan di beberapa tempat lainnya selain di Sai Laqu.
Antara lain, di beberapa pusat oleh-oleh yang ada di Bali, seperti di Krisna.
Selebihnya ada di beberapa mini market dan juga pasar.
* Info Harga:
Makanan
Tipat Kuah Rp 20 ribu
Tipat Pelalah Rp 14 ribu
Bubur Sumsum Rp 11 ribu
Rujak Serut Mangga Rp 12 ribu
Nasi Campur Jukut Undis Rp 24 ribu
Rujak Gula Campur Rp 12 ribu
Nasi Goreng Sai Laqu Rp 24 ribu
Jaja Bali Campur Rp 11 ribu
Rawon Rp 22 ribu
Minuman
Es Rujak Bir Rp 14 ribu
Es Daluman Rp 14 ribu
Es Gula Rp 9.000
Es Bubur Campur Rp 16 ribu