Ke Sulawesi Tengah Tak Afdol Menikmati Bawang Goreng Khas Palu
Bawang goreng khas Palu ditanam di Lembah Palu. Bentuknya besar dan tebal. Jika digoreng bisa bertahan sampai setahun.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Sonora, Liliek Setyowibowo
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Tak afdol jika berkunjung ke Palu, Sulawesi Tengah, tak membeli bawang goreng. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, bawang goreng khas Palu agar lebar dan tebal. Jika digoreng akan terasa renyah. Inilah yang menjadi khas bawang goreng Palu.
"Bawang goreng ini tanpa bahan tambahan, sehingga terasa crispy. Selain itu, bawang goreng ini bisa tahan lama, ya bisa awet hingga satu tahun walau tanpa bahan pengawet," ujar Fauzi Salim pemilik toko oleh-oleh khas Palu Sal-Han di Donggala, Palu, Sulawesi Tengah, kepada Sonora beberapa waktu lalu.
Untuk mendapatkan kualitas terbaik, Fauzi menggunakan bahan baku bawang merah asal Lembah Palu. Andaikan dapat ditanam di daerah lain, kualitas dan rasanya akan berbeda. Karena suhu di daerah Palu yang membuat bawang merah asal daerah ini menjadi istimewa.
Fauzi dan Ragwan harus mengatur strategi penanaman bawang merah agar tetap dapat menghasilkan kualitas terbaik. Walau sama-sama ditanam di daerah Lembah Palu, mereka memiliki beberapa bidang tanah di lokasi berbeda dengan total luas lahan 20 hektar. Cuaca di Lembah Palu berbeda-beda walau berjarak hanya 1-2 kilo meter.
Dari lahan 20 hektar itu, Fauzi bisa menghasilkan 8 ton bawang merah dalam sebulan. Dari jumlah itu bisa menghasilkan sekitar 2,5 ton bawang goreng berkualitas baik. Harganya kisaran Rp 180 ribu sampai Rp 235 ribu.
Atas keberhasilan usaha yang dirintis sejak tahun 2006 lalu ini, Fauzi dan Ragwan berhasil mewakili pengusaha berprestasi dari Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 dan mendapat penghargaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyo pada 2012.
Ragwan yang sebelumnya sangat berniat menjadi PNS, pada tahun 2006 memutuskan untuk membatalkan niatnya tersebut dan menetapkan hati bersama suaminya menjadi pengusaha oleh-oleh khas Palu, Sulawesi Tengah.