Dendeng Khas Aceh Rayeuk, Menggoda dengan Aroma Rempahnya
Aroma daging segar bercampur aneka rempah menyambar penciuman setiba di dapur dendeng khas Aceh Rayeuk.
Editor: Mohamad Yoenus
Hasanuddin mengaku tertarik menggeluti bisnis kuliner karena menurutnya prospeknya menjanjikan.
Mereka terus berinovasi melahirkan varian baru dari dendeng dengan tetap menjaga keaslian rasa.
Menjelang lebaran seperti sekarang, keluarga itu mengaku kebanjiran pesanan lantaran Ibu Kota Aceh ini akan diramaikan oleh warganya yang pulang mudik yang juga membawa para pendatang.
Proses pembuatannya terbilang sederhana, ramuan rempah yang terdiri atas ketumbar, jahe, dan lengkuas dicampur dengan gula pasir untuk efek gurih.
Ramuan andalan itu lantas dilumurkan ke daging atau ikan yang sudah diiris tipis untuk kemudian direndam semalaman.
Usai perendaman, bakal dendeng memasuki tahap pengeringan yang memakan waktu 2-3 hari, tergantung cuaca.
Tahap terakhir dan tak terlupakan adalah pengemasan yang meninggalkan kesan sekaligus mengharumkan dendeng Aceh ke mana mana.
Pemasaran
Untuk harga cukup bervariatif tergantung berat dan jenis dendeng.
Dendeng sapi tersedia dengan berat 1/2 Kg dan 1/4 Kg dihargai masing-masing Rp 110.000 dan Rp 55.000.
Sedangkan dendeng ikan dijual khusus ukuran 1/4 Kg dan dilepas dengan harga Rp 40.000.
Untuk pemasaran, dendeng keluarga ini tersebar di rumah makan dan toko-toko sovenir di Aceh Besar dan Banda Aceh.
Sebut saja Rumah Makan Aceh Rayeuk Jalan Banda-Aceh Medan, Luengbata, Banda Aceh. Toko Tradisi dan Toko Gaya Souvenir di Jalan Ratu Safiatuddin, Peunayong, Banda Aceh.
Juga Toko Rencong Aceh, Toko Cut Nyak, dan Toko Anugerah Souvenir di Jalan Mohd Jam dan Jalan KH Ahmad Dahlan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.