Jembatan Merah Kupang, Warisan Belanda, Tempat Favorit Warga Foto Selfie, Pacaran, dan Prewed
Jembatan merah Kupang sejatinya merupakan peninggalan kolonial Belanda. Jembatan itu pernah runtuh kemudian dibangun pemerintah untuk penyeberangan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Selain sungai, batu dan pepohonan, tak jauh dari jembatan terdapat kolam yang sumber airnya berasal dari mata air dan warga setempat memanfaatkan untuk mandi dan cuci.
Jadi wisata ke jembatan merah Kupang bukan hanya sekedar untuk berfoto.
Anda dapat bisa menikmati pemandangan alam, aliran sungai hingga bermain-main dengan anak-anak Anda di Sungai Dendeng.
Untuk menikmati keindahan panorama sekitar jembatan, Anda disarankan datang pagi hari. Kondisi cahaya yang masih lembut cocok untuk pencahayaan foto.
Tak hanya itu, cuaca sejukpun dan kicuan burung akan Anda dapatkan ketika Anda tiba pagi hari di jembatan tersebut.
Anda juga dapat menyaksikan kesibukan warga setempat cuci pakaian hingga mandi di kali.
Bila Anda tertarik mengunjungi jembatan merah yang menghubungkan Kelurahan Fontein, Kecamatan Kota Radja ke Kelurahan Mantasi, Kecamatan Alak, itu Anda dapat berkunjung setiap saat tanpa dipungut biaya.
Hanya saja tidak ada akses kendaraan umum yang bisa menjangkau langsung hingga tiba di Jembatan Merah Kupang.
Jangkauan angkutan umum hanya sampai di ujung Jalan Cak Malada Fontein yang berjarak sekitar satu kilometer dari jembatan.
Bila Anda menggunakan angkutan umum, mintalah kepada sopir atau kondektur untuk diturunkan di pertigaan menuju Kolam Renang Wirasakti milik Korem 161 Wirasakti Kupang atau pertigaan sebelum Kantor Direktorat Lalu Lintas Polda NTT.
Selanjutnya Anda disarankan menumpang ojek bila hendak mengunjungi jembatan merah Kupang.
Dari ujung jalan Cak Malada atau pertigaan menuju Kolam Renang Wirasakti hingga ke lokasi biaya ojek sekitar Rp 5.000 sekali jalan