Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menginap di Tembi Rumah Budaya Bantul, Anda Disuguhi Gamelan Jawa dan Indahnya Alam Pedesaan

Menginap di Tembi Rumah Budaya di Kota Bantul, Anda akan disuguhi iringan gamelan Jawa dan indahnya pemandangan alam pedesaan.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Menginap di Tembi Rumah Budaya Bantul, Anda Disuguhi Gamelan Jawa dan Indahnya Alam Pedesaan
Tribun Jogja/ Hamim Thohari
Penginapan Tembi Rumah Budaya di Bantul tampak depan. Penginapan bernuansa dan bersuasana Jawa pedesaan (Tribun Jogja/ Hamim Thohari) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Melepas rutinitas dan sejenak meninggalkan hiruk pikuk kehidupan perkotaan dengan menginap di hotel yang bernuansa tradisional akan terasa sangat menyenangkan.

Iringan musik gamelan Jawa serta pemandangan khas pedesaan yang masih asri akan membuat pikiran fresh kembali.

Untuk dapat memperoleh tempat menginap dengan nuansa tradisional khas Jawa seperti itu tak perlu jauh-jauh.

Berlokasi di Jalan Parangtritis KM 8,4 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul kita dapat bermalam di balai inap Tembi Rumah Budaya dengan konsep dan desain arsitektur yang kental akan nuansa tradisionalnya.

Pengelola Tembi Rumah Budaya tak ingin menyebutnya sebagai sebuah hotel. Pasalnya, konsep yang dikembangkan seperti layaknya sebuah pedukuhan tradisional.


Suasana penginapan Tembi Rumah Budaya di Bantul, Yogyakarta, yang kental dengan nuansa Jawa pedesaan (Tribun Jogja/ Hamim Thohari)
Berita Rekomendasi

Masing-masing balai inap diibaratkan sebagai sebuah rumah. Tak ada fasilitas berupa televisi di dalamnya. Bila ingin menonton televisi, pengelola telah menyediakan satu lokasi khusus.

Sugihandono Kurniawan, Manajer Sales dan Pemasaran Tembi Rumah Budaya menuturkan, Tembi Rumah Budaya memiliki sembilan balai inap yang siap untuk memanjakan pengunjung yang rindu akan nuansa tradisional khas Jawa.

Hanya dengan mengeluarkan kocek Rp 425.700 hingga Rp 999.000 perbalai inap, pengunjung sudah dapat bermalam dan menikmati beberapa fasilitas lain.

Menurut Handono, tarif tersebut berlaku untuk dua orang, karena di masing-masing balai tersedia dua tempat tidur.

Harga tersebut juga sudah termasuk makan pagi, makan siang, makan malam, serta camilan.


Suasana Tembi Rumah Budaya di Bantul, Yogyakarta (Tribun Jogja/ Hamim Thohari)

"Setiap balai inap bisa ditempati antara enam orang hingga yang paling besar bisa menampung 12 orang. Jika akan digunakan oleh rombongan akan dikenakan biaya ekstra bed sebesar Rp. 115 ribu untuk tiap orangnya, tarif tersebut juga sudah termasuk makan tiga kali sehari," ujar Handono.

Masing-masing balai inap di Tembi Rumah Budaya memiliki sejarah. Bagaiman detil kisahnya tertulis di dekat pintu masuk setiap balai.

Handono menuturkan, pada awalnya pemilik membeli rumah tua dari berbagai daerah. Rumah itu terbuat dari kayu jati yang tahan dari serangan rayap.

Sesuai dengan gaya rumah tradisional Jawa zaman dahulu, sembilan balai inap itu berbentuk limasan.

Ranjangnya pun ditutup kelambu putih yang membuat suasana kamar terasa anggun dan khas nuansa tradisionalnya.

"Nama-nama balai inapnya diambil dari mana asal rumah itu sebelumnya. Masing-masing bernama Badegan, Adikarto, Wuryantoro, Polaman, Ngadirojo, Ganjuran, Kriyan Kidul, Kriyan Lor dan Morangan," papar Handono.

Bagi pengunjung yang ingin menikmati bulan madu dengan suasana tradisional nan romantis, balai inap yang berjarak kurang lebih 18 kilometer di sebelah selatan Nol Kilometer Malioboro ini juga menyediakan Honeymoon Package.


Tempi Rumah Budaya di Bantul, tampak dari luar (Tribun Jogja/ Hamim Thohari)

Selain menginap, pengunjung dapat menikmati beberapa fasilitas seperti Romantic Senthir Light Dinner, breakfast di tepi sawah, naik andong keliling desa, menikmati sunset di Parangkusumo, serta lulur dan massage.

Handono menambahkan, di Tembi Rumah Budaya juga sering dipentaskan berbagai kesenian tradisional.

Oleh karena itu, pengunjung tak perlu pergi jauh-jauh jika ingin menyaksikan pentas kesenian.

Selain itu, di rumah budaya tersebut juga terdapat dua museum yang berisi koleksi barang kuno.

Salah satu koleksinya adalah manuskrip huruf Jawa yang merupakan tulisan tangan dan ditulis sekitar tahun 1830-an.

"Ada pula museum yang berisi koleksi tombak, keris dari zaman Majapahit dan sebagainya. Koleksi tombak dan keris itu lebih dari 200 buah. Banyaknya kesenian di sini sedikit banyak memang berpengaruh terhadap tingkat hunian balai inap," urainya.

Di rumah Budaya Tembi juga diadakan event kebudayaan yang diselenggarakan secara reguler, seperti sastra bulan purnawa yang diselenggarakan tiap bulan, gelaran wayang kulit tiap dua bulan sekali, mocopat tiap selepan (35) hari sekali.

Pengunjung juga bisa belajar membatik, main gamalen, dan membuat kerajinan.

Bagi pengunjung yang ingin merasakan dari dekat kehidupan pedesaan dari dekat, Tembi Rumah Budaya juga menyediakan paket tur keliling kampung di sekitar Tembi dengan menggunakan sepeda ontel.

Peserta tur akan diajak secara lebih dekat menyaksikan kehidupan masyarakat pedesaan dan bisa langsung merasakan bagaimana rasanya menanam padi. Selain itu peserta tur juga akan diajak mencari belut di sawah.

"Kami juga akan ajak mereka berkunjung ke pasar tradisional untuk melihat aktivitas ekonomi pedesaan, dan juga memebeli beragam bumbu yang nantinya akan digunakan untuk memasak belut yang mereka tangkap di sawah," tambah Handono.

Perjalanan ke Rumah Budaya Tembi setidaknya memerlukan waktu sekitar 30 menit bila ditempuh dari Nol Kilometer dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Bila menggunakan angkutan umum, maka pengunjung dapat memanfaatkan minibus jurusan Yogyakarta-Parangtritis turun di 10 meter di sebelah selatan traffic light Tembi.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas