Ramadan di Aceh, Ketika Seluruh Petani Memanen Timun Suri
Petani di seluruh Aceh jauh-jauh hari menanam timun suri khusus untuk dipanen pada saat Bulan Ramadan tiba.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Satu lagi bukaan khas Bulan Ramadan di Aceh, timun suri atau dalam bahasa lokal dikenal dengan nama ‘timun wah’.
Dalam Bahasa Aceh ‘wah’ bermakna pecah atau terbelah.
Petani di seluruh Aceh jauh-jauh hari menanam timun suri khusus untuk dipanen pada saat Bulan Ramadan tiba.
Buah yang diolah menjadi minuman pelepas dahaga ini telah sekian lama menemani berbuka puasa umat muslim di Bumi Serambi Mekkah.
Timun suri memiliki tekstur yang mudah rusak ketika matang.
Oleh karenanya buah berbentuk lonjong dalam balutan warna kuning muda itu lazim dibungkus dengan pelepah pisang.
Timun Suri Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul Hayati)
Pelepah pisang yang digunakan ibarat selongsong yang melindungi keranuman si timun suri.
Tak heran mengingat buah yang menebarkan aroma khas ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi.
Karena memiliki tekstur yang mudah hancur, buah bercitarasa manis itu juga kerab disebut sebagai timun gapu atau timur kapur.
Uniknya lagi di Aceh, buah yang dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan itu cuma bisa didapatkan pada Bulan Ramadan tiba.
“Timun suri memang khusus ditanam petani untuk dijual pada Bulan Ramadan. Jadi tak ada di waktu yang lain. Petani di seluruh Aceh menanam timun suri, sehingga buah ini mudah didapatkan,” ujar Ridwan, seorang penjual timun suri yang mangkal di Pasar Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Ia biasa menggelar dagangannya menggunakan becak motor dan mangkal di tempat tertentu.
Ridwan membeli timun suri di Pasar Lambaro, Kabupaten Aceh Besar yang memang dikenal sebagai pasar induk.