Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Karena Pucuk Kubahnya Berbentuk Buah Nanas, Masjid di Banjarmasin Ini Disebut Kanas

Karena bentuk kubahnya seperti buah nanas, masjid di Banjarmasin ini disebut Masjid Kanas. Bahasa Banjar untuk menyebut Nanas.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Karena Pucuk Kubahnya Berbentuk Buah Nanas, Masjid di Banjarmasin Ini Disebut Kanas
Banjarmasin Post/ Yayu Fathilal
Masjid Jami Tuhfaturroghibin atau oleh orang Banjarmasin disebut Masjid Kanas karena pucuk kubahnya berbentuk buah nanas (Banjarmasin Post/ Yayu Fathilal) 

Menurutnya, masjid ini sudah beberapa kali diperbaiki karena bahan awalnya berupa kayu ulin sudah banyak yang lapuk.

"Akhirnya diperbarui menjadi lebih modern, bahannya diganti semen. Kalau dulu, bentuk aslinya seperti Masjid Sultan Suriansyah yang kubahnya segitiga lancip dan bertumpang-tumpang. Bagian masjid yang masih berbahan ulin hanya tiang guru dan mimbarnya karena kondisinya masih bagus," jelasnya.

Keunikan masjid ini ada di kubah utamanya. Jika dilihat sekilas, bentuknya sama saja dengan kubah-kubah masjid lainnya yang berbentuk setengah lingkaran dan agak tinggi, namun setelah dikulik, bahan pembuatannya tak seperti kubah masjid pada umumnya yang berbahan seng atau aluminium.

Kubah masjid ini ternyata berbahan tajau dari pasir.

Daerah di sekitar masjid ini sejak dulu memang dikenal sebagai produsen tajau khas Banjar. Tak heran jika kemudian tajaunya pun turut dijadikan kubah masjid ini.

Menurut sejarahnya, dulu masjid ini berbahan kayu ulin dan kubahnya sering goyang diterpa angin. "Soalnya kayu kan ringan. Akhirnya, warga berinisiatif menggantinya dengan tajau yang berat," ujarnya.


Jamaah Masjid Kanas sedang mengamati ornamen bertuliskan huruf arab di dalam masjid (Banjarmasin Post/ Yayu Fathilal)

Proses peletakan tajau sebagai kubahnya pun ada kisah menariknya. Konon, tajaunya dulu dibuat oleh warga setempat bernama Haji Marwan.

Berita Rekomendasi

Saat hendak mengangkatnya ke atap masjid, Haji Marwan hanya menggunakan beberapa bilah bambu yang beratnya tak seimbang dengan berat tajaunya.

Logikanya, bambunya tentu akan patah, namun pada kenyataan bambu itu malah kuat menopang tajau hingga sampai ke atap masjid.

"Kabarnya, Haji Marwan menggelar ritual adat Banjar, semacam selamatan dengan doa-doa khusus sebelum mengangkat tajau itu dengan bambu," ceritanya.

Selain itu, di pucuk kubah ini diberi replika buah nenas atau kanas oleh warga. Ini bukan berarti tak ada maksudnya.

Secara filosofi orang Banjar, buah nenas mengandung makna yang sarat dengan petuah kehidupan.

Nenas atau kanas disimbolkan sebagai pembersih hati, jiwa dan raga dari segala macam kotoran duniawi.

Simbol ini diambil dari sifat nenas yang jika digosokkan ke besi berkarat pun, karatnya bisa luntur dan besinya kinclong lagi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas