Menelusuri Jejak Manusia Purba di Museum Sangiran, Sragen, Jawa Tengah
Museum yang dibuka untuk umum Desember 2011 ini disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (Tiongkok) dan Willandra Lakes (Australia).
Editor: Malvyandie Haryadi
"Ini pertama kali saya datang ke sini (Sangiran). Tempatnya bagus dan dari sini saya bisa melihat langsung fosil-fosil bersejarah yang hanya dipelajari secara teori di sekolah," ujar seorang pengunjung dari SMK Pangudi Luhur Karangrayung, Grobogan, Yelika Indah Parawansari.
Tak butuh biaya mahal.
Untuk masuk museum yang buka Selasa-Minggu pukul 08.00-16.00 itu, pengunjung cukup membayar Rp 5.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 11.500 untuk wisatawan mancanegara.
Museum Purba Sangiran bisa ditempuh 30 menit dari Kota Solo, atau 2,5 jam dari Kota Semarang menggunakan kendaraan pribadi.
Akses jalan menuju museum di Jalan Raya Solo-Purwodadi ini pun mulus. Bahkan, bagi penyuka sepeda onthel, keliling kawasan ini sambil mengayuh roda dua sangat menyenangkan.
Di sepanjang jalan menuju Sangiran, terdapat pusat souvenir dari batu alam.
Pengunjung pun bisa mengecek keaslian batu-batu berbentuk unik tersebut. Sementara, di kawasan museum, souvenir yang dijual lebih beragam.
Selain bebatuan, ada pula kaos dan pernak pernik lain.
Di sekitar situs arkeologi Sangiran ini juga dibangun tiga museum lain. Ketiganya melengkapi keberadaan Museum Purba Sangiran.
Tiga museum yang baru dibuka itu adalah Ngebung yang menceritakan sejarah penemuan situs Sangiran,
Bukuran yang memberi informasi tetang penemuan fosil manusia prasejarah di Sangiran, serta Dayu yang menyajikan informasi tentang penelitian terbaru. (*)