Dawet Ireng Purworejo, Minuman Segar yang Bisa Redakan Panas Dalam
Belakangan, di beberapa sudut Kota Bandar Lampung, Anda akan dengan mudah warga yang menjajakan minuman segar ini.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Dawet merupakan salah satu jenis minuman yang sudah sangat familiar dan paling mudah kita temukan di sekitar tempat tinggal kita.
Beberapa daerah seperti Banjarnegara, Jepara, Surabaya, Ponorogo, Madura dan lainnya menjadi asal dari minuman unik ini.
Minuman ini dijajakan di pinggir-pinggir jalan protokol dan lingkungan di Kota Tapis Berseri. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)
Dawet dari masing-masing daerah itu memiliki ciri khas tertentu yang dengan mudah dikenali oleh penikmatnya.
Termasuk Dawet Ireng Purworejo yang memiliki ciri khas khas berwarna hitam.
Belakangan, di beberapa sudut Kota Bandar Lampung anda akan dengan mudah warga yang menjajakan minuman segar ini.
Ia dijajakan di pinggir-pinggir jalan protokol dan lingkungan di Kota Tapis Berseri.
Pedagang hanya mengandalkan lapak sederhana dari rotan yang menjadi meja sekaligus etalase dawet mereka.
Sebagai media penyimpanan dawet, dan air gula aren digunakan gentong tanah liat berukuran sedang.
Penjual es dawet di Bandarlampung. (Tribun Lampung/Heru Prasetyo)
"Minuman ini memang populer di Purworejo sana. Kita hanya mencoba peruntungan dengan menjualnya di Bandar Lampung, dan alhamdulillah, cukup ramai juga," ungkap Lilis yang memiliki lapak dawet ireng di Jalan Imam Bonjol, Bandar Lampung.
Dawet ireng sebenarnya sama dengan jenis dawet atau cendol lainnya yang kerap dijumpai dengan warna hijau atau merah muda.
Konon dawet ireng ini merupakan minuman asli dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah.
Kata ireng yang berasal dari Bahasa Jawa yang artinya hitam memang merujuk kepada warna dawet yang disajikan.
Lalu dari mana butiran dawet berwarna hitam itu diperoleh? Warna hitam bersumber dari abu bakar jerami padi atau dikenal dengan istilah merang oleh orang Jawa.
Abu bakar jerami inilah yang kemudian dicampur dengan air sehingga menghasilkan air berwarna hitam, air inilah yang digunakan sebagai pewarna alami dawet.
"Yang dipakai hanya airnya saj, air hitamnya. Tidak dengan merangnya karena kita saring sebelum diproses lebih jauh. Kebersihan dan kesehatan dijamin lah," tambah Lilis yang menjual Dawet Ireng seharga Rp 5.000 per porsi..
Sementara bahan baku untuk Dawet Ireng bukan berasal dari tepung terigu atau tepung beras.
Melainkan dibuat secara khusus dari tepung sagu. Ini bisa terasa dari rasa kenyal yang dirasakan saat menggigit dawet.
Namun secara keseluruhan, memang tak ada bedanya dengan es dawet ireng dengan dawet yang biasanya berwarna hijau.
Dari segi penyajian juga sama. Pedagang melengkapi dawet ireng dengan dengan siraman santan kepala tua, gula aren dan es batu.
Apa yang menjadikannya istimewa? "Keunggulannya adalah dawet ini berkasiat untuk meredakan panas dalam dan memperlancar pencernaan. Apalagi minumnya saat musim panas begini, dijamin nampol segernya," urai Lilis yang mengaku bisa menjual hingga 100 cup dalam sehari.
Meski di sajikan dalam kesederhanaam, yakni menggunakan santan, gula aren dan dawet sebagai bahan utamanya, hidangan ini tidak kehilangan citarasanya.
Rasanya pas, tidak terlalu manis. Begitu pula dengan santan yang tidak terlalu kental terasa segar di mulut.
Benar saja, Dawet Ireng ini memang akan lebih nikmat jika diminum dalam keadaan dingin.