Percaya Atau Tidak, Lorong Masjid Menara Kudus Jadi Tempat yang Paling Ditakuti Para Pejabat
Sunan Kudus meminta pengikutnya tidak menyembelih dan makan daging sapi yang dianggap suci umat Hindu. Hingga saat ini, tradisi tersebut tetap dijaga.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Jika tak melihat kubah di bangunan utama, sekilas, tak tampak kompleks ini sebagai masjid.
Apalagi, terdapat menara yang terbuat dari tumpukan batu bata yang lebih mirip sebuah candi.
Namun, itulah yang menjadi keistimewaan Masjid Kudus di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Menara.
Bagian dalam Masjid Menara Kudus. (Tribun Jateng/M Syofri)
Masjid yang didirikan 1549 M atau 956 H oleh Syekh Jafar Sodiq yang lebih dikenal sebagai Sunan Kudus itu memang menggabungkan kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam.
Masjid Menara sering juga disebut orang Kudus sebagai Masjid Al-Aqsha.
Menara di samping masjid ini memiliki tinggi 18 meter dan bagian dasar berukuran 10x10 meter.
Terdiri dari bangunan kaki, badan dan kepala. Kini, hanya orang-orang tertentu yang diizinkan naik dan masuk ke puncak menara.
Di badan menara, teradap 32 piring bergambar sebagai hiasan.
Sejumlah santri memperdalam ilmu agama di tempat ini. (Tribun Jateng/M Syofri Kurniawan)
Dua puluh buah di antaranya berwarna biru, berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma.
Sementara, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan bunga.
Sementara, adopsi budaya Jawa yang kental terlihat pada regol berbentuk gapura bentar berjumlah dua yang dipasang di serambi dan di dalam masjid.
"Tiap hari, masjid ini ramai. Tidak hanya warga sekitar tapi juga warga daerah lain yang datang.