Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

World Photography Competition di Kepulauan Selayar, Adu Hebat Fotografer Memotret Alam

Ajang "World Photography Competition" di Kepulauan Selayar, jadi ajang adu hebat para fotografer memotret wisata alam.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in World Photography Competition di Kepulauan Selayar, Adu Hebat Fotografer Memotret Alam
Foto-foto: Tribun Timur/ Muthmainnah Amri
Pesona matahari terbit di Kepulauan Selayar yang sering jadi obyek bidikan kamera para fotografer. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muthmainnah Amri

TRIBUNNEWS.COM, SELAYAR  - Sekitar 50-an fotografer se-Nusantara berkumpul di Kepulauan Selayar, Selasa (8/9/2015) di hajatan Indonesia World Photography Competition (IWPC) 2015.

Setelah menyeberang menumpang kapal ferry dari Pelabuhan Bira, Bulukumba, rombongan pun tiba di Pelabuhan Pamatata, Kepulauan Selayar.

Seremoni pembukaan IWPC dibuka langsung Bupati Selayar, Syahrir Wahab di rumah jabatannya, di Jl Jenderal Sudirman. IWPC dibagi dalam dua kategori, darat dan laut Selayar.

Event pertama kalinya digelar ini diinisiasi Pemda Kepulauan Selayar yang didukung Pemprov Sulsel dan Kementerian Pariwisata RI.


Para fotografer peserta "Indonesia World Photography Competition 2015" di Kepulauan Selayar.

Digelar empat hari hingga Jumat (10/9/2015) memperebutkan total hadiah Rp 160 juta.

Syahrir yang di masa akhir jabatannya ini berharap dengan digelarnya IWPC tersebut, wisatawan tak hanya mengenal Taman Nasional Takabonerate saja.

BERITA REKOMENDASI

Namun pulau lainnya dapat menjadi pemikat mereka.

"Karena melalui foto kita bisa langsung terpana melihat sebuah pemandangan. Makanya lomba foto ini sangat menarik dan bermanfaat bagi Selayar khususnya. Mudah mudahan kegiatan ini tetap berlanjut dan menjadi agenda tahunan pemda," ujar pria berkacamata ini.

Maka masa hunting foto pun dimulai. Fotografer profesional atau pun amatiran mulai mengeluarkan 'senjata' mereka.

Baik itu kamera, tripod, aneka macam lensa, filter dan lainnya.

Di hari pertama IWPC, peserta pun hunting di salah satu spot foto.

Dari sekian banyak spot foto yang disusun panitia, salah satunya adalah lokasi gong besar yang oleh warga Selayar disebut Gong Nekara Perunggu.

Gong Nekara terdapat di kampung Matalalang desa Bontobangun kecamatan Bontoharu, Selayar.


Pesona wisata Kepulauan Selayar.

Sekitar 3 kilometer dari ibu kota Selayar, Benteng. Gong Nekara menjadi salah satu destinasi wisata andalan Selayar.

Gong ini berada di satu ruangan khusus dan diberi tirai berwarna kuning. Konon katanya gong ini terbesar kedua di dunia setelah yang ada di China.

Belum seberapa, peserta pun bertolak ke destinasi pantai.

Sekitar 10 kilometer dari Benteng, peserta disuguhkan panorama Pantai Bolaiya.

Memadukan wajah pantai berpasir putih bersambung ke karang. Selintas mirip dengan tanah lot di Bali.

Menghabiskan sore hingga terbenam matahari menjadi 'makanan' fotografer. Mereka pun menyebar, mencari angle foto terbaik di Bumi Tanadoang tersebut.

Di hari kedua IWPC, peserta yang mengikuti lomba foto kategori darat dan laut menyebar sesuai jadwal yang telah disusun panitia.

Peserta darat mendapat giliran hunting di pasar kampung Padang serta di lokasi pembuatan kopra.

Berbeda dengan peserta underwater yang kebagian hunting di Pulau Gusung. Pulau Gusung berada di kecamatan Bontoharu.

Pulau ini berada tepat di sebelah barat Selayar, berjarak kurang lebih 1 mil dari ibu kota Selayar.

Atau sekitar 15 menit perjalanan melalui jalur laut. Pulau Gusung terbagi lagi menjadi dua bagian, Gusung Barat dan Gusung Timur, semuanya tergabung dalam wilayah desa Bontolebang.

Peserta start dari tempat pelelangan ikan (TPI) Bontolebang.

Setelah sampai di TPI, peserta dibagi dua kelompok dan dipisah di dua perahu. Mereka diberi dua sesi foto. Setiap sesi diberi kesempatan selama 45 menit untuk hunting foto bawah laut Selayar.

Peserta didampingi enam divers profesional Selayar yang menjaga ritme dan safety penyelaman.

Peralatan selam seperti regulator, BC, mask/snorkel, fin, wetsuit, weightbelt dibawa sendiri oleh peserta. Kecuali tabung dan pemberat disediakan panitia.

Kala itu peserta wajib hunting gambar untuk kategori makro.

Yakni mengambil foto pada jarak dekat dan tampilan subyek harus baik.

Serta foto tersebut memberikan informasi khusus tentang subyek yang bersangkutan.

"Kualitas foto harus baik, sehingga semua detail penting dari subyek yang bersangkutan tampil optimal," ujar juri underwater photographer, Makarios Sukotjo.

Ia menambahkan hal lain yang mendukung penilaian foto underwater adalah sudut pengambilan tampilnya alam sekitar atau alam tempat tinggalnya secara proporsional.

Penggunaan cahaya tambahan untuk mendapatkan akses khusus bagi penampilan subyek dan sebagainya.

Seorang peserta asal Jakarta, Gibran takjub dengan keindahan bawah laut Selayar. Bahkan ia membidik ikan unik di laut Selayar yang belum ia lihat di lautan lain.

"Karang laut Selayar juga masih alami dan indah banget," ujarnya.

Hasil jepretan mereka dinilai langsung wartawan senior Kompas, Arbain Rambey dan fotografer khusus bawah laut, Makarios Sukotjo.

Arbain mengharapkan peserta memanfaatkan momen sebaik baiknya dan berpesan agar tidak terlalu serius dalam membidik momen.

Ia juga mencari foto yang indah, menggambarkan keindahan Selayar sebagai salah satu kepingan Wonderful Indonesia.

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas