Tak Punya Pangkalan dan Aplikasi, Pengojek Sepeda Ini Tetap Berjuang Tawarkan Jasa di Kota Tua
Ojek ontel awalnya hanya ada di Tanjung Priok. Jasa ini dulu sering digunakan untuk mengangkat barang di pelabuhan.
Editor: Malvyandie Haryadi
"Sehari biasa 10 orang (penumpang) mas, kadang lebih kadang kurang," katanya saat berbincang dengan KompasTravel di perjalanan menuju Museum Kebaharian Jakarta, Jumat (11/9/2015).
Ojek ontel awalnya hanya ada di Tanjung Priok. Jasa ini dulu sering digunakan untuk mengangkat barang di pelabuhan.
Seiring waktu peran ojek ontel mulai bergeser sebagai pilihan wisata.
Turis mancanegara banyak yang tertarik menaikinya. Kini jangkauan ojek ontel sudah meluas.
Meskipun, unit paling banyak terdapat di wilayah Kota Tua.
Seorang pengojek ontel lainnya mengaku memiliki motor namun tetap menggunakan sepeda untuk 'ngojek'.
Alasannya ojek ontel lebih diminati wisatawan.
"Bule kadang naik cuma dari pelabuhan sampai jembatan penyeberangan terdekat, bayar 10 ribu," terangnya.
Para pengojek ontel ini membeli sepeda di Pasar Baru. Biasanya mereka membeli sepeda bekas. Jika pulang kampung sepeda-sepeda ini akan dititipkan di gudang Museum Fatahillah, Jakarta Barat. "Seminggu biasanya bayar 30 ribu untuk penitipan mas," tutup Heri. (Jonathan Adrian)