Kafe Ini Gunakan Layanan 'Touch Screen', Anda Hanya Perlu Menunjuk Kaca untuk Memilih Menu
Rumah makan ini juga mengusung konsep ruangan vintage. Memasukinya atau sekadar duduk di dalamnya terasa seperti berada di zaman dulu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Agak masuk ke dalam, dekat tangga dan toilet ada lukisan piano.
Di sampingnya ada sebuah alat musik bas betot serta meja kayu kecil berwarna coklat.
Di beberapa bagian dindingnya ada lukisan pulau-pulau di Indonesia lengkap dengan nama provinsinya dan kuliner khasnya.
Di lantai duanya, dindingnya dipenuhi lukisan 3D bergambar pasar terapung, gerobak makanan, pohon bambu lengkap dengan pandanya dan pipa yang dicat dan didekorasi sehingga mirip batang bambu.
Kendaraan jadul di kafe ini. Tak boleh dinaiki, hanya boleh sebagai latar berfoto. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Ada juga sebuah sepeda ontel yang digantungkan di dindingnya.
Di lantai dua ini terbagi dalam dua ruang makan, yaitu terbuka dan tertutup.
Bagian tengah lantainya terbuka sehingga bisa melihat tamu yang ada di bawah.
Di plafonnya dilengkapi dedaunan plastik, menambah segar suasana.
Ruangan yang tertutup dilengkapi sebuah televisi dan pendingin ruangan.
Meja dan kursinya berbahan kayu, didominasi warna-warna tanah seperti coklat muda dan coklat tua.
Di sudut ruangan dekat toilet ada wastafel.
Toiletnya, baik yang di lantai bawah maupun atas tampak bersih dan tak ada kesan vintage atau klasik di sini.
Toiletnya memakai toilet duduk seperti kebanyakan kakus modern sekarang.
Pemilik restoran ini, Risa Miryana, mengatakan konsep ruangannya bertema warung tegal atau warteg namun ditampilkan ala kafe.