Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pho, Sop Buntut Khas Vietnam, Rempahnya Aromatik, Kaldunya Berkilau Semerbak, Mak Nyuus!

Inilah pho, sop buntut khas Vietnam dengan mie beras dan kuah yang berkilau menggoda dan rempah kuahnya semerbak harum!

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Pho, Sop Buntut Khas Vietnam, Rempahnya Aromatik, Kaldunya Berkilau Semerbak, Mak Nyuus!
Foto-foto: Kompas/ Sarie Febriane
Pho, sop buntut khas Vietnam dengan kuah yang semerbak menggoda, bihun dari beras, irisan daging sapi tipis-tipis. Rasanya mak nyuus! 

TRIBUNNEWS.COM - Cinta tak pernah berdusta. Seperti juga ketika semangkuk pho hangat diam-diam menyimpan potongan buntut yang gurih, empuk, dan kenyal. Bagaimana mungkin kita mendustai kenikmatan seperti itu?

Pencinta masakan pho mungkin akan langsung menyunggingkan senyum ketika mendapati potongan buntut dalam kaldu yang berkilat-kilat menggoda.

Tak hanya potongan buntut, tetapi ada juga bakso dan lembaran daging sapi yang diiris tipis. Apakah ini semacam pho yang berpoligami? Entahlah.

Bersamanya hadir pula sayuran pendamping yang segar dan aromatik, yakni basil, cilantro, dan kecambah. Sayuran mentah ini memberi bunyi-bunyian kres yang indah ketika kita melumatnya.

Mi beras putih yang lembut kenyal di balik irisan-irisan daging tadi menyempurnakan semuanya. Satu porsi-yang ternyata berukuran besar-cukup membuat kita keenakan hingga lunglai.


Salah satu sajian di Resto Yeu Saigon Cafe.

Menu pho yang diperkaya buntut itu bisa kita jumpai di restoran Vietnam yang baru dua bulan berdiri, Yeu Saigon Cafe.

Dari segelintir restoran Vietnam di Jakarta, Yeu Saigon Cafe boleh dibilang unggul dalam ragam menu dan keseriusannya menghadirkan masakan.

Berita Rekomendasi

Restoran ini berada di Gran Rubina Business Park di kawasan Rasuna Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan.

Kata "yeu" dalam nama restoran Yeu Saigon Cafe berarti 'cinta' dalam bahasa Vietnam.

Sebab, restoran ini memang dibuat dengan latar belakang rasa cinta dua pemiliknya pada masakan Vietnam. Keduanya adalah Praba Madhavan dan Le Thi Tuyet Mai.

"It's all about love. Kami ingin orang yang makan di restoran ini dapat merasakan cinta dalam masakan kami," kata Praba.

Praba yang pernah lima tahun tinggal di Ho Chi Minh City amat menyukai masakan Vietnam. Sayangnya, ketika bekerja dan tinggal di Jakarta, ia tak bisa menemukan masakan Vietnam yang senikmat ia rasakan di negeri itu.


Oleh karena itu, mereka berdua bertekad mendirikan restoran Vietnam sekalipun bisnis utama Praba dan Mai bukanlah kuliner.

Selain pho, kita bisa menjumpai 61 menu Vietnam lainnya di Yeu Saigon Cafe. Semua masakan diramu oleh dua chef asal Vietnam dan dibantu asisten-asistennya orang Indonesia.

Keseriusan dalam meramu masakan akan terasa ketika kita menyesap kaldu pho. "Kaldu ini dimasak selama 12 jam," kata Mai.

Pho adalah masakan Vietnam yang mungkin bisa dibilang paling populer di luar negaranya. Konon, masakan nasional itu sebenarnya dipengaruhi kuliner Perancis dan Tiongkok.

Mengutip dari situs vietworldkitchen.com milik ahli kuliner Vietnam Andrea Nguyen, pada mulanya pho berkembang di Hanoi di utara Vietnam pada akhir 1880 ketika masa kolonialisasi Perancis. Sebelumnya, di Vietnam sapi adalah binatang untuk dipekerjakan, bukan sebagai sumber makanan.

Dari kebun sendiri

Praba mengungkapkan, semua sayuran yang digunakan untuk keperluan masakan di restoran tersebut juga diperoleh dari kebun organik milik mereka sendiri.

Kebun seluas sekitar 1 hektar di kawasan Cimanggis, Jawa Barat, itu telah dipersiapkan sekitar setahun sebelum mereka berdua membuka restoran.

Dengan demikian, kualitas dan kesegaran sayuran bisa mereka kontrol sendiri. Belakangan, konsep farm to table seperti ini memang merebak di dunia kuliner di sejumlah negara.

Tak hanya sayuran yang dipersiapkan serius. Daging sapi yang digunakan pun berasal dari sapi yang hanya diberi pakan rumput atau grass fed beef.


Salah satu sajian di Resto Yeu Saigon Cafe.

Daging sapi seperti ini tentunya lebih sehat karena memang sesuai dengan "kodrat" asalnya, yaitu makan rerumputan, bukan biji-bijian. Seperti dikutip dari mayoclinic.org, grass fed beef mengandung sedikit lemak dan lebih kaya akan omega 3.

Menu klasik

Merugilah kita jika hanya mencicipi pho di sini. Cobalah menu-menu lain yang bisa jadi tak mudah kita jumpai di Jakarta. Salah satunya adalah cha ca la vong, masakan klasik Vietnam asal wilayah utara atau Hanoi.

Chef Luu Van Nhan bahkan berujar, seseorang dapat dibilang belum ke Vietnam jika belum mencicipi masakan ini.

Menu cha ca la vong merupakan masakan berbasis ikan tanpa tulang yang dibaluri rempah-rempah, yaitu kunyit, jahe, lengkuas, dan lain-lain kemudian digoreng dengan sedikit minyak dalam wajan datar.

Ikan tadi kemudian dimakan dengan mi beras berukuran kecil, daun dill, daun bawang, kacang goreng, dan cocolan sambal terasi. Rasanya gurih dan aromatik.

Menu favorit lainnya yang mengesankan tentunya aneka salad dan lumpia. Mai secara khusus sempat membuatkan menu salad yang tidak tercantum dalam buku menu.

Salad ini diperkaya dengan irisan umbut kelapa. Kelapa yang diambil umbutnya tidak bisa hidup kembali sehingga ketersediaan umbut amat terbatas di pasaran.

Begitu segarnya salad ini sampai kita mungkin bisa menghabiskan sepiring besar sendirian.

Lanjutkan kesegaran tersebut dengan lumpia Vietnam yang selalu tampak sedap dipandang mata. Lumpia ini kaya akan daun-daunan segar yang kemudian digulung dengan kertas beras berwarna putih transparan.

Salah satu jenis lumpianya menggunakan daun wasabi. Celupkan dalam cocolan sambal encer manis, baru kemudian setorkan ke dalam mulut. Yumm....

Oh, ya, jangan lupa, sisakan sedikit ruang di lambung untuk hidangan penutupnya. Meski bukan orisinal asal Vietnam, menu flan gateau yang bercita rasa kopi Vietnam di restoran ini layak dapat jempol.  (Sarie Febriane)

Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas