Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Telur Asin Bukan Monopoli Kota Brebes, Ini Dia Hintalu Jaruk, Telur Asin Versi Orang Banjar

Mendengar 'telur asin' orang selalu ingat kota Brebes di Jawa Tengah. Padahal orang Banjar juga punya telur asin khas, Hintalu Jaruk namanya.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Telur Asin Bukan Monopoli Kota Brebes, Ini Dia Hintalu Jaruk, Telur Asin Versi Orang Banjar
Foto-foto: Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Hintalu Jaruk, telur asin khas orang Banjar. 

 Mendengar 'telur asin' orang selalu ingat kota Brebes di Jawa Tengah. Padahal orang Banjar juga punya telur asin khas, Hintalu Jaruk namanya.

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Hintalu jaruk atau dalam Bahasa Indonesia berarti telur asin banyak ditemui di Indonesia.

Telur asin biasanya menggunakan telur itik yang diasinkan dengan metode tertentu.

Masing-masing memiliki ciri khas rasa, sesuai jenis itik penghasil telurnya dan bahan makanannya.

Kalimantan Selatan memiliki jenis itik bernama Itik Alabio (Anas Platurynchos).

Itik Alabio ini sangat terkenal di Kalimantan Selatan sejak dulu sebagai unggas yang dibudidayakan untuk diolah menjadi telur asin.

Berita Rekomendasi

Oleh orang Banjar, telur asinnya biasa disebut hintalu jaruk.

Tekstur dagingnya renyah dan gurih.

Orang Banjar biasa menyantapnya dengan nasi, ikan, sayur dan lemang atau lamang.

Di Banjarmasin, banyak orang menjual hintalu jaruk ini sebagai oleh-oleh.

Biasanya mudah didapat di toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Kalimantan Selatan.


Seorang pembuat dan produsen hintalu jaruk di Banjarmasin adalah Nurjannah.

Dia biasa memproduksi hintalu jaruk hingga ribuan butir tiap bulannya.


Proses pembuatan Hintalu Jaruk, telur asin khas Banjar.

Pelanggannya pun sudah banyak, tak hanya di Kalimantan Selatan, namun hingga ke Jakarta.

"Sebutirnya yang kecil saya jual Rp 3.000 dan yang besar Rp 4.000. Kalau yang mentah atau belum diasinkan Rp 2.400 sebutir," paparnya.

Proses Pembuatannya Cukup Lama

Telur-telur itik yang dipasoknya dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan itu dikukusnya dulu selama tiga jam.

Setelah dikukus, barulah di-candling atau diterawang menggunakan lampu yang diletakkan di alat khusus untuk mengetahui kualitas telur, mana saja yang bisa diolah menjadi hintalu jaruk dan mana yang tidak bisa.

"Bisa dilihat nanti ada semacam gelembung udara di cangkangnya. Kalau besar gelembungnya dan cangkangnya tampak retak sedikit saja berarti kualitasnya jelek. Nggak bisa diolah jadi hintalu jaruk, berarti saya jual mentah saja," sebutnya.

Setelah di-candling, telur-telur itu akan diperam hingga asin.

Cara memeramnya dengan dibaluri tanah dari batu bata yang sudah dihancurkan dan dicampuri abu gosok, garam dan sedikit air.

"Fungsi abu gosoknya untuk menyerap dan menahan air agar tetap berada di tanah batanya. Kalau tidak begitu, airnya saat telur diperam akan menetes dan kualitas telur jadi kurang bagus karena kelembaban tanahnya berkurang," paparnya.


Telur asin khas Banjar siap dipasarkan.

Proses pemeramannya selama 10 hari hingga tanahnya mengeras.

Setelah itu barulah telur dicuci dan rasanya sudah asin sehingga sudah siap disantap. (Yayu Fathilal)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas