Penjara di Swiss bak Hotel Berbintang, Ada Fasilitas Televisi, Banyak Napi yang Betah di Sini
Kondisi ini tentu kontras dengan banyak penjara di negara-negara yang lain yang hampir menyerupai "neraka".
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Malvyandie Haryadi
Hendra bercerita, sempat bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di Swiss. Namun, tahun 1997 krisis ekonomi terjadi.
Ia terkena imbas, dan harus berhenti bekerja. Bertahan di Kota Jenewa Swiss, hingga sekarang Hendra bekerja di Kedutaan Besar salah satu negara Afrika.
"Kalau sudah Pensiun, saya baru pulang ke tanah air, ke Lampung. Saya tidak mau tua di sini (Swiss)," ujar Hendra sambil terkekeh.
Swiss, Hendra mengungkap, seakan menjadi surga bagi pengungsi.
Hak Asasi Manusia (HAM) begitu dihormati.
Mereka yang ingin menjadi warga negara Swiss, kata Hendra, tidak terlalu sulit.
"Tinggal buang paspor, mengajukan sebagai warga negara kalau sudah 10 tahun. Dan selama menjadi pengungsi di Swiss, mereka akan ditampung. Kalau menganggur mendapat tunjangan dari pemerintah," kata Hendra.
Mereka para pengungsi kebanyakan berasal dari beberapa negara eropa.
Termasuk beberapa negara Asia. Kota Jenewa, berpenduduk sekitar 700 jiwa.
Mereka yang menjadi pengungsi, selama hidup ditanggung, mendapat makan, termasuk biaya hidup.
"Ada pengungsi yang nakal, kalau tidak ketahuan, dia akan kerja malam dapat gaji lumayan. Kalau pun ketahuan, biasanya polisi disini tutup mata, asal jangan berbuat kriminal. Kalau melanggar, langsung dipulangkan ke negara asal," ungkap Hendra