Menengok Sejenak 'Trio Gili' di Lombok
Trio Gili di Lombok, Nusa Tenggara Barat sangat terkenal karena keindahan pantainya
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
![Menengok Sejenak 'Trio Gili' di Lombok](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/festival-di-gili-trawangan_20151101_114144.jpg)
Sambil bercerita, Cidomo mengambil rute tengah pulau. Restoran pun sudah tidak terlihat. Berganti dengan penginapan berjenis homestay yang terletak di tengah pantai. Rahmat bercerita awalnya penginapan hanya terdapat disepanjang pinggir pantai. Kemudian merambah ke tengah pulau. Alasannya banyak wisatawan kini mencari ketenangan.
Maklum bila dipinggir pantai, penginapan banyak berada didekat bar atau pub yang sering mengadakan pesta dengan suara musik keras. Akhirnya, penginapan di tengah pulau menjadi alternatif. Terlihat pula kandang kuda disana.
Rahmat kemudian membawa kudanya menuju rute sunset beach di Gili Trawangan. Suasana saat itu masih lengang. Pasalnya, waktu masih menunjukkan pukul 12.00 Wita. "Belum banyak yang kesini, nanti kalau sore melihat matahari tenggelam, maka wisatawan bergerak kesini," ujarnya.
Rahmat lalu bercerita penghasilan sehari yang didapatnya bila ramai wisatawan mencapai Rp2,5juta. Suasana yang begitu tenang, membuat Tribunnews.com bertanya mengenai angka kriminalitas. Rahmat menuturkan pelaku biasanya berasal dari luar Gili Trawangan. Mereka biasanya mengambil kesempatan ketika wisatawan lengah saat berpesta. Telepon seluler atau dompet diatas meja menjadi sasaran.
Tetapi pelaku tersebut, kata Rahmat, pasti tertangkap. Mereka biasanya tidak tahu adanya anggota keamanan dan CCTV yang merekam peristiwa itu. Pelaku yang tertangkap lalu diarak keliling pulau. Badan mereka ditulisi tulisan 'saya pencuri' lalu diserahkan ke polisi.
"Kalau nenek moyang kita aturannya lebih keras, ketahuan mencuri dibawah ketengah laut dimasukin batu dan dibuang," kata pria Bugis itu.
Rahmat juga menceritakan permasalahan lainnya. Banyak imigran gelap yang datang di Gili Trawangan. Untuk menghindari petugas imigrasi, imigran gelap menyamar sebagai wisatawan yang beraktivitas dipinggir pantai. Adapula, wisatawan asing seperti Perancis yang kemudian malah bekerja di Gili Trawangan. "Masih banyak yang harus dibenahi untuk memajukan Tempat wisata disini," katanya mengakhiri perjalanan.
Perahu pun sudah menunggu kami lagi di pinggir pantai. Tujuan berikutnya Gili Meno. Luasnya 150 ha. Tapi, perahu tidak sampai bersandar di pulau tersebut. Gili Meno memiliki laut yang bersih dengan hamparan karang yang indah. Berwisata ke Gili Meno tidak lain untuk snorkeling melihat terumbu karang dan ikan.
Jangkar perahu diturunkan ditengah laut. Kemudian dengan kacamata renang, kami lalu menyelam. Byurrr!!!. Pakaian kami pun basah. Awalnya kami memang tidak berniat menyelam. Akhirnya pakaian pun tidak sempat ganti. Sekitar 30 menit, Tribunnews.com menyaksikan indahnya terumbu karang serta ikan yang menari di dasar laut. Wisatawan lainnya terlihat mengabadikan Foto keindahan dalam laut.
Aktivitas tersebut membuat tenaga banyak keluar. Perut pun mulai keroncongan. Kami pun memutuskan mencari makan. Restoran yang dituju berada di Gili Air. Pulau tersebut terletak paling dekat dengan Lombok. Luas Gili Air sekitar 188 ha. Restoran tersebut menawarkan ikan bakar sebagai menu utama. Ikannya dinamakan Sniper. Menu lainnya, plencing kankung.
Tribunnews.com menghabiskan waktu selama satu jam untuk makan di pulau tersebut. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 16.00 Wita. Rombongan harus segera pulang, ombak pun mulai membesar. Sekitar 90 menit, waktu yang ditempuh menuju Dermaga Cicak. Disana pemandangan sore itu begitu indah. Banyak wisatawan menunggu senja sambil beraktivitas dipinggir pantai. Petualangan melihat keindahan "Trio Gili" pun harus disudahi dengan membawa sejumlah kenangan.