Siapa Sangka Hotel Bintang di Jambi Ini Dulunya Komplek Penjara Pemerintah Kolonial Belanda
Rasa penasaran Anda soal sejarah penjara lama, belum tentu terjawab oleh pengelola hotel. Sebab cerita itu dimulai 85 tahun yang lalu.
Editor: Malvyandie Haryadi
Dengan sistem dagang yang dimiliki Ingris, bisa dipastikan semua hasil perkebunan di Malaka dan Jambi masuk ke Singapura.
Jambi yang semula menjadi penyuplai pala di perdagangan, praktis berubah menjadi penghasil karet terbesar.
Waktu itu Jambi dikenal sebagai kota dolar. Masyarakatnya kaya dan punya banyak uang dolar.
Saking kayanyanya, uang dolar dilubangi dan dijadikan perhiasan.
Saat itu masyarakat di Jambi yang semula hanya masyarakat Melayu, bercampur dengan suku Jawa, Minang, orang Cina, bahkan India.
Orang jawa banyak menjadi buruh perkebunan, sementara Minang, Cina dan India terlibat dalam perdagangan.
Perekonomian Jambi yang terus meningkat dan pertambahan jumlah penduduk, perampokan, begal hingga perdagangan karet ilegal juga meningkat.
Itu alasan O.L.Helfrich dahulu membangun strafgevangenis.
Sekitar 1970an, penjara peninggalan Belanda ini tidak lagi difungsikan.
Pemerintah Jambi membangun gedung lembaga pemasyaralatan di kawasan Patimura.
Junaidi tidak tahu bagaimana ceritanya, komplek gedung strafgevangenis bisa jadi milik pengusaha.
Itu masih menjadi rahasia yang dikubur puluhan tahun.
Kini kawasan penjara lama berubah menjadi hotel Novita milik Tanoto Kusuma.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.