Eksotisme Air Terjun Laiwi, Dikelilingi Tebing-tebing Batu Tinggi dan Pepohonan Raksasa
Inilah pesona Air Terjun Laiwi di Sumba Timur, eksotik dengan tebing-tebing batu yang tinggi dan pepohonan besar di sekitarnya.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM, SUMBA TIMUR - Inilah pesona Air Terjun Laiwi di Sumba Timur, eksotik dengan tebing-tebing batu yang tinggi dan pepohonan besar di sekitarnya.
Bayangkanlah! Tingginya mencapai 60 meter. Alam didominasi tebing batu dengan pohon-pohon besar mengitarinya.
Hawa sejuk terasa sangat. Itulah kekhasan air terjun Laiwi. Indah kan?!
Laiwi berarti rotan. Di lokasi itu banyak terdapat rotan sehingga warga setempat menyebutnya Laiwi. Nama lain Laiwi adalah Pawai Urang, yang artinya air hujan.
Air terjun Laiwi terdapat di Desa Matawai Ama, Kecamatan Katala Hamu Liwu (Kahali), Kabupaten Sumba Timur.
Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam.
Medan berat sebelum sampai ke Air Terjun Laiwi di Sumba Timur (kiri). Wisatawan mandi di Air Terjun Laiwi (kanan).
Dari kota Waingapu, perjalanan ke arah barat menuju Lewa. Sampai di Parepaha, belok kiri melintasi jalan menuju Tarimbang. Sekitar 6 Km dari simpang Parepaha, tiba di Desa Kombapori. Pas di puskesmas Kombapori, belok kanan menuju desa Matawai Ama.
"Jalan lurus terus, sampai jembatan ketiga baru berhenti. Lokasi air terjun disekitar situ," ujar seorang bapak mengarahkan, saat ditemui di Kombapori, Minggu (2/11/2015).
Perjalanan dari Kombapori ke Matawai Ama sekitar 5 Km. Jalan aspal tapi sepenggal-sepenggal. Selebihnya jalan tanah berbatu.
Setelah berjibaku melintasi jalan rusak, sampailah di jembatan ketiga. Letaknya dekat kantor desa Matawai Ama. Berhadapan dengan kantor desa - dipisah jalan - rumah milik Umbu Rehing. Halamannya dijadikan tempat parkir kendaraan.
Biaya parkir sepeda motor Rp 3.000, sementara kendaraan roda empat dipungut Rp 10.000 per mobil. Uangnya disetor kepada pemilik rumah.
Dari tempat parkir, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi air terjun Laiwi dengan melintasi jalan setapak. Jaraknya sekitar 300 meter, tapi medannya berat.
Pengunjung menuruni bukit yang agak curam. Anda harus berpegang pada batang dan dahan kayu serta rotan yang diikat pada pohon di sisi kiri dan kanan jalan.
Di sepanjang lintasan itu juga sudah dibuatkan tempat pijak, menyerupai tangga. Upaya ini setidaknya dapat membantu siapapun yang melintas.