AM Putut Prabantoro: Saya dari Indonesia
AM Putut Prabantoro, peserta Konferensi Nostra Aetate, terpilih duduk di barisan VVIP dalam lingkaran podium Paus Fransiskus.
Editor: Y Gustaman
“Peristiwa ini tidak akan pernah terulang dalam hidup – sekali untuk selamanya. Ketika dihampiri Paus, saya langsung menjabat tangan beliau dan memperkenalkan diri, saya Putut berasal dari Indonesia,” ujar Konsultan Komunikasi Publik Badan Keamanan Laut Republik Indonesia.
Menurut Putut yang pada saat itu mengenakan batik dan blazer, dirinya bingung ingin mengungkapkan dan memilih kata-kata yang tepat untuk melukiskan momentum itu.
Konsultan Komunikasi itu tidak pernah menyangka mendapat berkah yang luar biasa. Kebahagiaan jelas terpampang dari wajahnya.
“Sama sekali tidak pernah menduga. Bahkan pagi itu saya hanya membawa tas kecil untuk tempat HP. Kalau tahu saya mendapat anugerah ini, saya akan menyiapkan banyak hal. Yang hanya saya rasakan adalah seorang malaikat menolong saya dan itu juga ditambah dengan kebaikan hati mas Hermawi Taslim. Ia dengan tulus mendukung saya untuk mengambil undangan warna kuning yang merupakan kartu pas untuk masuk ke wilayah VVIP. Undangan kuning hanya satu dan itu dipilih,” ujar dia.
Menurut Putut Prabantoro, hanya ada kesempatan waktu yang sedikit untuk dapat bersama dengan Paus Fransiskus dan setelahnya orang nomor satu di Vatikan itu akan menyalami tamu VVIP lainnya yang berasal para tokoh agama.
Putut mengaku mendapat giliran bersalaman dengan Paus Fransiskus setelah Dr Abdellah Rdouane, Sekretaris Jenderal Pusat Kebudayaan dan Islam Italia dan kemudian setelahnya adalah Lawrence Pr, pastor berusia 77 tahun berasal asal New Jersey, Amerika Serikat.
Menurut rencana, Paus Fransiskus akan hadir ke Indonesia pada 2017 dan pada 2016 akan menghadiri Pertemuan Kaum Muda Internasional di Krakow, Polandia.