Cendol dan Cincau Khas Samarinda dan Perbedaannya dengan Cendol dari Daerah Lain
Pencinta kuliner, akan disuguhi dengan sajian minuman khas tradisional cendol dan cincau dikemas secara modern.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Budhi Hartono
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Kota Samarinda, memang terkenal dengan kuliner Nasi Kuning, Lontong Sayur, Soto Banjar, Lemang dan krupuk Amplang.
Namun perlu dicoba, minuman cendol dan cincau khas Samarinda, dengan banderol harga antara Rp 8.000 sampai Rp 10.000/gelas.
"Ini cendol dan cincau khas Samarinda. Kalau cincaunya hitam bentuknya seperti kue stick. Bahannya dari sari daun cincau. Manfaatnya untuk panas dalam," tutur Muhammad Ghazali, pemilik kios Juragan Cendol/Cincau di Jalan Gatot Subroto Gang 18, Kelurahan Bandara, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Provinsi Kaltim.
Menikmati cincau khas Samarinda. (Tribun Kaltim/Budhi Hartono)
Untuk jenis minuman cendol, kata dia, terbuat dari bahan tepung beras.
Cendol dan cincau dijadikan bahan utama minuman khas Samarinda.
Yang membedakan, cincau dan cendol di Jurdol, tidak menggunakan bahan santan. Melainkan dengan susu.
Susu yang digunakan terbilang cukup tahan lama dibandingkan dengan santan.
Cendol atau cincau ditambahkan batu es dan diguyur gula aren (gula merah/Jawa).
Pencinta kuliner, akan disuguhi dengan sajian minuman khas tradisional cendol dan cincau dikemas secara modern.
Tempat duduk dari papan skate board. (Tribun Kaltim/Budhi Hartono)
Mulai dari jenis original cincau, alpuncau, krhuncau.
Nama jenis atau aneka itu, sesuai dengan 9 jenis toping pilihan.
"Misalnya, kalau toping cincau pakai alpukat disebutnya alpuncau. Kita ada 9 jenis toping. Mulai dari alpukaaat, nangka, pakai oreo dan lainnya. Kita pakai susu, tanpa bahan pengawet," ujar Ghazali.