Paon Restaurant: Menu Apa Saja yang Dipilih, 3 Sambal Khas Bali Ini Akan Tersedia di Meja Anda
Dengan tema restoran keluarga, Paon Restaurant memiliki dua ruang makan, yakni indoor dan outdoor dengan kapasitas total 80 pengunjung.
Editor: Malvyandie Haryadi
Rijsttafel adalah konsep penyajian makanan lengkap yang diawali dengan makanan pembuka kemudian dilanjutkan dengan makanan utama dan diakhiri dengan makanan penutup.
Begitu pula Balinese Rijsttafel yang ada di Paon Restaurant.
Berbagai macam hidangan tradisional dalam satu porsi ditambah dengan tiga jenis sambal khas Bali sebagai pelengkap.
Disajikan dengan cara tradisional pula, memakai wadah kayu beralas daun pisang.
Menurut Executive Chef Paon Restaurant, Wayan Perean, hidangan rijsttafel di restorannya menampilkan sesuatu yang unik dan tentunya autentik.
Mengadopsi gaya rijsttafel pada zaman dulu, dengan perubahan yang disesuaikan dengan masa kini.
“Tetap menyesuaikan dengan standar yang ada. Makanan-makanan yang kami angkat adalah makanan yang sudah lama dan tertinggal, seperti be plecingan, betutu, kacang saur. Hal ini membuat kami yakin makanan di sini unik dan pure Balinese tanpa ada sentuhan dari luar,” jelas Chef Perean.
Menurutnya, satu porsi Balinese Rijsttafel dapat mewakili keseluruhan masakan Bali yang ada.
Di dalamnya berisi sate lilit, ayam betutu, urap, sapi plecingan, kari bumbu Bali, dan lawar.
Untuk appetizer disajikan sup dengan kuah bumbu kuning yang terasa ringan karena tanpa santan.
“Untuk appetizer kami cenderung menggunakan sup yang zaman dulu dibilangnya bakwan. Kalau sekarang bakwan itu kan gorengan. Tapi kita angkat bakwan ini sebagai sup dengan daging ayam sama fresh kol,” lanjutnya.
Sedangkan untuk hidangan penutup, dihidangkan jajanan basah tradisional Bali, seperti pisang rai dan ketan hitam.
Sebagai pelengkap disispkan lelehan gula aren untuk menambah cita rasa manis dari kue tersebut.
“Kalau kami bicara tentang rasa autentik, jelas masakan Bali identik dengan rasa asin dan pedas. Kami lebih angkat taste-nya bukan kualitas dari rasa asin atau pedasnya. Cabai tetap ada, tapi kita proses agar rasa cabai tidak terlalu pedas. Beberapa Balinese authentic sudah tidak terlalu pedas lagi, tapi rasanya tidak berubah,” ujar Chef Perean.