Inilah Salam Khas, Logo, Tagline, dan Segmen Wisata Syariah yang Sedang Dirancang Aceh
Inilah salam khas, konsep dan even yang dirancang untuk mengembangkan wisata syariah di Aceh.
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Branding menjadi strategi pemasaran yang sangat menjual.
Seperti halnya sebuah produk, pariwisata juga memerlukan brand untuk semakin dikenal luas.
Hal itu disadari benar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh.
Landing sektor pemerintah tersebut lantas menggelar seminar destination branding bertempat di Hotel Grand Nanggroe Banda Aceh, Senin (7/12/2015).
Menghadirkan akademisi, ekonom, sejarawan, budayawan, dan pelaku usaha konsep pariwisata Aceh digodok.
Langkah kecil yang diharapkan mampu membawa perubahan besar.
Hiburan di sela seminar rebranding wisata Aceh (Serambi Indonesia/ Nurul Hayati)
“Rebranding harus mewakili karakter, budaya, dan adat istiadat keacehan. Sekarang yang sedang digodok adalah saleum (salam) Aceh, disusul nantinya logo, tagline, segmen, even, dan konsep festival,” papar Kadisbudpar Aceh, Reza Fahlevi kepada Tribun Travel di sela-sela acara.
Tim perumus merekomendasikan delapan jenis salam yang akan menyambut tamu setiba di Aceh.
Ragam alternatif sapaan tersebut yaitu salamualaikum (sejahtera atas mu), assalamualaikum (sejahtera atas mu), pue haba (apa kabar), piyoh (singgah), kru seumangat (semangat), kur seumangat (semangat), beuseulamat (semoga selamat), dan tabiek dirgahayu (salam dirgahayu).
“Beginilah cara orang Aceh menyapa tamu. Namun sekarang masih ada kemungkinan terus bertambah dengan mendengar masukan dari berbagai elemen,” terang salah seorang perumus salam Aceh, Yarmen Dinamika yang juga Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia.
Sebelum resmi ditetapkan, Serambinews.com merilis sapaan ‘kru seumangat’ dan ‘salammualaikum’ dan mendapat kunjungan hingga 6.000 netizen.
Bukti rasa memiliki akan identitas keacehan adalah milik bersama.
Adapun bahasa tubuh yang telah dirumuskan yaitu bagi laki-laki mengucap salam dengan mengangkat tangan kanan dengan posisi kelima jari setara dengan telinga.
Sedangkan jika yang memberikan adalah perempuan, maka salam diucapkan sambil menunduk dengan kedua tangan yang ditangkupkan ke dada.
Salam khas tersebut nantinya akan diterapkan di publik area seperti hotel atau swalayan.
Para peserta menilai pentingnya hal tersebut, karena jika Aceh tidak membuat branding maka daerah itu akan di-branding oleh orang luar dengan image negatif yang dilekatkan padaya.
Seminar sehari itu menghadirkan 7 narasumber masing-masing dengan topik yaitu Adnan Iskandar (International Branding), Andika DJ, CEO Syafaat Marcomm (Marketting Communication Syariah Menuju Rebranding Aceh), Arief Budiman, CEO Petak Umpet (Konsep Rebranding Aceh), DR Iskandarsyah Madjid MM (Manfaat Rebranding Terhadap Perkembangan Perekonomian Aceh, Yarmen Dinamika (Saleum/ salam Aceh), DR T Meldi Keusuma (Islam Branding Sebagai SolusiRrebranding Aceh), dan Fakhurrazi Amir (Pentingkah Rebranding).
Bersama membangun pariwisata berbasis kearifan lokal melalui rebranding Aceh.