Di Balik 'Hutan Beton' Jakarta, Ada Perkebunan Buah Salak di Tepian Ciliwung di Kawasan Condet
Siapa sangka di tengah 'hutan butan' dan gedung pencakar langit, ada perkebunan buah salak manis di tepian Sungai Ciliwung di kawasan Condet.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Siapa sangka di balik gedung-gedung pencakar langit dan 'hutan beton' Jakarta, ada perkebunan buah salak amat subur. Salaknya juga enak.
Lokasi persisnya di tepian Sungai Ciliwung yang melintas kawasan Condet, Jakarta Timur. Luasnya sampai tiga hektar. Salaknya juga manis-manis sedap!
Ya, dibalik hutan beton ibukota, masih tersisip sebuah harta karun berupa perkebunan luas maskot ibukota yang nyaris punah, yaitu perkebunan salak condet.
Salah satu pakar buah tropis Prof Mohamad Reza Tirtawinata menyebutnya sebagai harta karun yang terpendam.Karena ia tak mengira ada perkebunan salak yang subur di tepian Ciliwung.
“Luar biasa, saya seperti menemukan harta karun yang luar biasa di sini,” ujar salah satu pendiri Taman buah Mekarsari tersebut saat mengunjungi kawasan Kebun milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut November 2015 lalu.
Para petani penggarap lahan kebun buah salak di tepian Sungai Ciliwung di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Memang Kawasan Condet itu sendiri memiliki berbagai keistimewaan, diantaranya : letak yang strategis berdampingan dengan Sungai Ciliwung yang merupakan jalur transportasi perniagaan tempo lalu.
Tak hanya itu Condet juga menyimpan jejak dan peninggalan sejarah, memiliki kekayaan seni budaya dan kesuburan tanah perkebunannya menghasilkan tanaman / buah - buahan yang menjadi ciri khas daerah.
Adapun salah satu buah yang menjadi ciri khas daerah tersebut adalah Salak Condet. Pada masa silam hampir setiap rumah menanam pohon Salak Condet yang kemudian menjadikan area tersebut sebagai penghasil buah Salak dengan rasa yang luar biasa.
Namun seiring dengan waktu berjalan, wajah Condet sudah berubah.
Upaya pemerintah yang menetapkan kawasan ini sebagai cagar buah -buahan melalui SK Gubernur No. IV - 1V - 115/e/3/1974 dan SK Gubernur DKI Jakarta No. D.1 - 70903/a/30/1975 untuk melindungi buah - buahan Duku dan Salak khas Condet tak menyurutkan bermunculannya bangunan dan pemukiman di kawasan Condet, yang mengakibatkan tersingkirnya kebun Duku dan Salak.
Tahun 1989 Gubernur DKI akhirnya menetapkan salak condet sebagai identitas atau maskot Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, sayangnya hal ini tidak terdengar lagi gaungnya.
Berbagai usaha pun kemudian dilakukan guna melestarikankembali Salak Condet.
Salah satunya adalah usaha pemerintah yang dilakukan pada tahun 2007 dengan membebaskan area kebun Salak milik warga asli Condet sebagai upaya untuk menjaga daerah Condet sebagai Cagar Budaya dan penghasil buah -buahan khas Jakarta, agar kelestariannya terjaga.