Perhiasan Intan Produk Martapura Berkilauan, Ternyata Begini Rahasia Menggosoknya
Perhiasan intan produk Martapura berkilauan, ternyata begini proses menggosoknya sebelum jadi perhiasan mahal.
Editor: Agung Budi Santoso
Peralatan tersebut semuanya buatan luar negeri seperti docf dari Belanda, dinamo dari Jepang, pengukur intan dari Jerman dan iskipnya dari Belgia.
"Peralatan ini semuanya warisan orangtua saya. Kalau sekarang ini mau beli sendiri harus pesan dulu ke Pemerintah Kabupaten Banjar. Mereka pun pesannya juga ke luar negeri," katanya.
Di keluarganya, khususnya generasi mudanya enggan mewarisi pekerjaan ini.
Mereka lebih menyukai pekerjaan yang memiliki gaji pasti tiap bulan seperti menjadi pegawai kantoran, entah swasta atau pegawai negeri sipil.
"Di keluarga saya, hanya kalangan tuanya saja yang masih mau melakoni pekerjaan ini. Anak-anak saya tidak ada yang mau. Para penggosok intan lainnya di desa ini juga sama nasibnya dengan saya, tak ada penerusnya. Selain saya, di keluarga saya ada beberapa sepupu saya juga penggosok intan dan sudah tua-tua semua. Saya menggosok intan ini sejak masih duduk di bangku SD hingga sekarang usia saya sudah 51 tahun," jelasnya.
Intan permata produk Martapura.
Hal itu cukup dimakluminya karena memang penghasilannya sebagai penggosok intan tak menentu, jika ada yang memesan saja.
Sekarat intan biasa ditarifnya Rp 350 ribu.
Dia biasa menerima pesanan menggosok beberapa karat intan, paling besar sekitar 60 karat.
Menurutnya, di masa lampu, sekitar puluhan atau ratusan tahun silam, hampir semua warga Desa Pasayangan Barat ini bekerja sebagai penggosok intan.
Namun sekarang sudah jauh berkurang, hanya tersisa sedikit dan semuanya adalah kalangan tuanya.
"Anak-anak mudanya sekarang enggan menggeluti pekerjaan ini dan sumber daya alamnya pun sudah jauh berkurang. Dulu, pendulangan intan banyak, sampai di Kalimantan Barat juga ada. Sekarang di sini hanya tersisa yang di Kecamatan Cempaka itu. Itu pun lahannya sudah banyak berkurang karena banyak dibangun perumahan, toko-toko," keluhnya.
Di balik kisah miris tersebut, intan hasil perut bumi Kabupaten Banjar yang sudah diolah menjadi berkilau indah dalam sebentuk perhiasan banyak dijual di toko-toko perhiasan di kota ini.
Beragam perhiasan bermata intan berlian itu pun kerap menjadi cinderamata favorit para pelancong, khusus mereka yang berduit banyak.
Harga sebuahnya bervariasi, sesuai bentuk dan jenis perhiasannya.