Masjid Al Markaz, Makassar, Mampu Tampung 10 Ribu Jemaah, Terinsipirasi Masjidil Haram dan Nabawi
Ketika Anda berkunjung ke kota Makassar, jangan lewatkan untuk datang ke Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Yusuf.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Timur Nurul Adha Islamiah
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Bagi seorang Muslim, salah satu hal yang tidak boleh terlewatkan ketika Anda berkunjung ke kota Makassar adalah mengunjungi Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M. Yusuf.
Ada banyak wisatawan baik dari Sulsel maupun Sulsel selalu menyempatkan beribadah.
Tak jarang ada yang berjalan-jalan di area masjid, menikmati berbagai fasilitas yang disediakan.
Letaknya di Jl. Mesjid Raya, sebuah jalan yang hanya dilalui satu arah ke timur kota.
Berada di utara kota Makassar.
Tempat ibadah ini menjadi saksi bagaimana Makassar pernah menjadi pusat Islam di Sulawesi Selatan beberapa tahun silam.
Dicetuskan oleh Jenderal M. Yusuf pada tahun 1989.
Kala itu ia sebagai Amirul Hajj menyampaikan gagasan untuk mendirikan masjid yang monumental di Makassar kepada sejumlah tokoh yang menunaikan ibadah haji, di antaranya Munawir Sjadzali, Edi Sudrajat, M.Jusuf kalla dan lainnya.
Masjid Haram Makkah Al Mukarramah dan Masjid Nabawi Madinah sebagai sumber ilham dan inspirasi pembangunan masjid dan arsitek Ir. Achmad Nu'man.
Masjid tiga lantai tersebut memiliki kubah yang berbeda dengan masjid pada umumnya.
Kubahnya tidak bulat, akan tetapi persegi empat seperti masjid Al Hilal Katangka yang merupakan masjid tertua di Makassar. Masjid ini mampu menampung 10.000 jamaah.
Area pekarangan serba hijau. Sangat menyejukkan dan terasa berada di tengah hutan akibat banyaknya pepohonan.
Ruangan utama masjid diterangi oleh lampu-lampu kristal yang megah yang didatangkan dari Cekoslovakia.
Dari tahun ke tahun, masjid berwarna hijau ini semakin berkembang.
Fasilitas kian bertambah.
Antara lain hadirnya sebuah aula pertemuan, perpustakaan, sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Al markaz, taman pendidikan Al quran, koperasi dan lembaga bahasa asing.
Jika datang pada sore hari, dapat ditemui anak-anak yang tengah sibuk mengaji di TPA, melafalkan ayat demi ayat yang membuat teduh bagi siapa saja yang mendengarkan.
Adapula aktivitas bermain bola oleh sekumpulan anak laki-laki, beberapa anak perempuan tengah bersepatu roda dan yang lainnya berolahraga di area pekarangan masjid.
Tak ketinggalan para mahasiswa yang rutin melakukan kajian di lembaga bahasa asing.
Perpustakaan pun tak kalah ramainya oleh antusiasme pengunjung.
Drs. H. Syarifuddin Penta, kepala Perpustakaan mengajak seluruh warga kota untuk mengunjungi perpustakaan.
Sebab, perpustakaan Al Markaz terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung.
"Ayo berkunjung ke perpustakaan Al Markaz. Apalagi selama 10 hari ini ada bazar dan pameran buku, dijamin murah," katanya kepada Tribun, Senin (10/1/2016).
Pada tanggal 12 Januari 1996 Masjid Al markaz Al Islami diresmikan dan dihadiri 15 menteri dan sejumlah mantan pejabat.
Kini, dua dasawarsa sudah masjid terbesar di Makassar bahkan di kawasan timur Indonesia berdiri megah. Seolah menancap langit dengan ketinggiannya 90 meter.
Sekertaris umum Yayasan Islamic Center (YIC) Al Markaz Al Islami Jend. M. Yusuf, Prof. Anwar Arifin mengatakan masjid yang berusia dua dasawarsa ini telah tumbuh sebagai pusat ibadah dan peradaban Islam yang lebih berkembang.
"Sekarang Al Markaz punya banyak fasilitas yakni perpustakaan, radio, penerbitan, pusat pendidikan dan pengkajian, kelompok bimbingan ibadah haji, pendidikan anak usia dini (Paud), Pendidikan taman kanak-kanak (TK) dan masih banyak lagi," ujarnya pada Tribun, Rabu (13/1/2016).
Alya Anggraini, warga kecamatan Tamalate kota Makassar berharap Al Markaz Al Islami Jend. M. Yusuf, tetap jaya dan kokoh.