Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiga Destinasi Wisata Religi di Kabupaten Banjarbaru Paling Berpengaruh

Inilah tiga destinasi wisata religi paling berpengaruh di Kabupaten Banjarbaru, Kalsel.

Editor: Agung Budi Santoso

3. Masjid Agung Al Karomah

Masjid Agung Al-Karomah di Martapura, Kabupaten Banjar memiliki tiang guru yang unik, yaitu selalu digantungi kembang barenteng.

Masjid Agung Al-Karomah, Martapura, Kabupaten Banjar ini merupakan masjid kebanggaan warga kabupaten tersebut.

Masjid ini tampak kokoh berbahan beton.

Tampilannya dihiasi warna cat yang kontras, yaitu biru tua di kubahnya dan kuning muda di dindingnya, putih di dinding dalamnya dan jendelanya dilengkapi kaca berwarna-warni.

Masjid ini sangat luas, berlantai dua, halamannya pun luas, cukup untuk menampung jemaah hingga 21.000 orang.

Memasuki masjid yang beralamat di Jalan Ahmad Yani, Martapura ini, nuansa relijius Islam sangat terasa.

Siang malam masjid ini selalu dipenuhi jemaah yang beribadah salat atau sekadar beristirahat tidur.

Jika ke masjid ini, sebaiknya jangan hanya untuk beribadah atau beristirahat.

Sesekali, luangkanlah waktu Anda untuk mengeksplorasi tiap sudutnya, karena Anda pasti akan menemukan banyak hal yang bernuansa klasik khas Banjar di sini.

Sekilas jika melihat masjid ini akan tampak seperti masjid baru, namun jika dicermati dan dieksplorasi secara mendalam, Anda baru akan tahu jika masjid ini adalah tempat ibadah berusia tua dan penuh sejarah masa lalu.

Di dalamnya dipenuhi interior modern, namun ada satu konstruksi menarik di bagian tengahnya yang tampak kontras dengan suasana modern itu, yaitu berupa atap kayu berukiran dilengkapi beberapa tiang kayu.

Catnya pun berbeda dari sekelilingnya, yaitu berwarna hijau dan kuning.

Bagian ini merupakan konstruksi bangunan lama masjid ini.

Sekarang desain bangunannya lebih bernuansa Eropa, sedangkan dulu rancangannya seperti Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin yang mengadopsi desain masjid di Demak, Jawa Tengah dikolaborasikan dengan ukiran-ukiran khas Banjar.


Di tengahnya, Anda mungkin akan dibuat terkejut atau bahkan terkesima karena ada empat tiang yang berukuran lebih besar dari tiang lainnya di masjid ini.

Posisinya saling berhadapan membentuk segi empat.

Tiangnya dipenuhi ukiran klasik, namun bukan itu daya tariknya, melainkan di sekelilingnya ada banyak rangkaian kembang barenteng khas Banjar yang dikaitkan dengan besi-besi pengait melengkung yang ujung-ujungnya tajam.

Tiang ini dan besi-besi tersebut tampak berusia tua, sangat kontras dengan tiang-tiang lainnya di sekelilingnya yang masih tampak baru dan berbahan beton.

Kembang-kembang itu berupa rangkaian bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga yang masih segar dirangkai menggunakan batang pisang sebagai pangkalnya.

Batang pisang ini yang dikaitkan ke besi yang menancap di tiang tersebut.

Empat tiang ini adalah tiang guru atau soko guru masjid ini.

Kembang barenteng itu hanya ada di empat tiang guru tersebut, sedangkan di tiang lainnya di masjid ini tidak ada bunganya.

Semuanya ini menandakan sebuah tradisi turun temurun yang sudah sangat mengakar di kehidupan relijius orang Banjar di Martapura.

Sebuah perpaduan pengaruh budaya Islam dan Hindu yang begitu kuat.

Sekretaris Masjid Agung Al-Karomah, Sya'rani Saleh mengatakan adat ini memang sudah ada sejak lama, bahkan sejak masjid ini dibangun pada 1280 Hijriyah atau 1863 masehi.

"Warga senang menggantungkan kembang barenteng di empat tiang guru masjid ini ada tujuannya. Biasanya kalau hajat mereka terkabul mereka menggantungkannya di situ sebagai ungkapan rasa syukur Allah telah mengabulkan hajat-hajat mereka," jelasnya.

Uniknya, hanya empat tiang guru itu yang digantungi kembang barenteng karena itu merupakan tiang utama masjid ini.

Warga menganggapnya keramat dan menurutnya tradisi ini sudah sangat mengakar di kehidupan umat Islam di Martapura, kendati zaman sudah modern.

"Mungkin ini satu-satunya masjid di Indonesia yang memiliki tradisi seperti ini. Masjid lainnya di Nusantara ini rasanya tidak ada yang memiliki tradisi ini, saya tidak pernah mendengar atau menemukan fakta seperti ini di masjid lainnya. Di Kalimantan Selatan pun, cuma masjid ini yang begini tiang gurunya," bebernya. (Yayu Fathilal)

Halaman
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas