Pulau Breueh, Bunta, Nasi, Tiga Pulau Terluar Aceh di Ujung Barat Indonesia yang Memesona
Inilah tiga pulau terluar, terkecil, dan terpencil di ujung barat nusantara yang berdekatan dengan Aceh. Mungil tapi memesona!
Editor: Agung Budi Santoso
1. Pulau Breueh
Pesona Pulau Breueh di Aceh dengan keindahan wisata baharinya (Dokumentasi Teuku Ilham )
Pulau yang masuk dalam gugusan Pulo Aceh tersebut gaungnya memang masih terdengar sayup.
Tak semembahana tetangganya, Pulau Weh, Sabang.
Namun keindahan panorama dan terutama kekayaan bawah laut yang disuguhkan tempat ini membuat mata terpana.
Pulo Breueh merupakan ibukota Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar.
Dari sepuluh pulau yang masuk wilayah administratif kecamatan tersebut, hanya Pulo Breueh dan Pulo Nasi yang berpenghuni.
Akses untuk menuju kemari cukup mudah yaitu melalui Pelabuhan Lampulo, Banda Aceh.
Lampulo dikenal sebagai kampung nelayan yang letaknya terpaut sekitar 1 Km dari jantung kota.
Perjalanan ke Pulo Breueh menggunakan boat nelayan yang berlayar setiap harinya.
Boat nelayan itu sedianya beroperasi untuk memasok kebutuhan sembako dari daratan Sumatra, Banda Aceh ke pulau mungil nan mempesona tersebut.
Untuk itu penumpang dikenakan tarif Rp 20 ribu per orang.
Mengingat Pulo Breueh belum lagi menjadi destinasi wisata, maka tempat itu tak mempunyai sarana transportasi umum.
Nah! untuk berkeliling pulau, anda sangat disarankan membawa serta sepeda motor.
Cukup menambah ongkos Rp 60 ribu, anda sudah bisa memboyong ‘si kuda besi’.
Demi keamanan waktu berkunjung paling baik adalah pada musim kemarau.
Alasannya sederhana karena angin timur akan memudahkan perjalanan.
Namun lain lagi ceritanya jika anda penyuka tantangan.
Nah! jika anda termasuk golongan kedua, justru disarankan berangkat pada musim penghujan karena ombak yang cenderung lebih tinggi akan mengayikkan bagi anda yang gemar surfing.
Pelayaran dari Pelabuhan Lampulo dengan tujuan Dermaga Gugob memakan waktu 2,5 jam.
Sementara jika merapat di Dermaga Meulingge memakan waktu 3,5 jam.
Dalam waktu tak lebih dari 5 jam berkendara anda sudah bisa mengelilingi Pulo Breueh.
Asyiknya lagi anda dijamin tak akan kesasar karena di tempat itu hanya terdapat satu rute jalan yang menghubungkan semua sudut pulau.
Pulau kecil ini menyimpan kekayaan hayati bawah laut.
Terumbu karang serta aneka ikan hias seperti nemo dan kawan-kawannya siap mengajak anda bermain-main bersamanya.
Hanya masuk ke air sedalam lutut orang dewasa, kita sudah bisa menikmati wisata under water dengan mata telanjang.
Menyaksikan terumbu karang dan ikan-ikan yang menari-nari di balik beningnya air laut yang tak ubahnya seperti kaca.
Hamparan pasir putih dijilat air laut biru tosca yang berdebur menjadi nyanyian Pulau Breuh.
Tempat ini merupakan surga kecil bagi anda pecinta snorkeling.
Terdapat belasan spot asyik untuk memuaskan memuaskan hobi, sebut saja Pantai Meulingge, Gugop, dan Ujong Pineung.
Tempat ini juga pernah menjadi lokasi penangkaran penyu guna memelihara keseimbangan ekosistem pantai.
Selain sebagai nelayan, penduduk Pulo Breueh yang membawahi 12 desa kebanyakan berprofesi sebagai petani cengkeh dan nilam.
Dua komoditi yang pernah mengharumkan nama Aceh di masa silam.
Selain pesona bawah laut, Pulo Breueh juga menyimpan kekayaan berupa warisan sejarah bangunan peninggalan kolonial Belanda.
Willem's Torem Tower yang sudah berdiri sejak tahun 1887 hingga kini masih beroperasi sebagai mercusuar yang menjadi pemandu bagi kapal-kapal di lepas pantai Samudera Hindia.
Ini menjadi salah satu tujuan yang sayang dilewatkan jika anda berkesempatan menjejakkan kaki di Pulo Breueh.
Ada lagi pos peninggalan serdadu Belanda yang menjadi saksi dahsyatnya perang yang berkecamuk di Bumi Tanah Rencong.
“Pulo Breueh memang belum sepopuler Sabang. Namun pengunjungnya justru kebanyakan adalah turis asing terutama Jerman. Mereka kebanyakan balik lagi atau memilih memperpanjang liburan di Pulo Breueh,” tutur Ilham dari Tour Operator Traverious.
Agar liburan anda menyenangkan penting untuk mengetahui rambu-rambunya sebelum memutuskan berlayar.
Tak ada penginapan di Pulo Breueh namun kades setempat dengan senang hati menawarkan kediamannya untuk dijadikan home stay.
Begitu juga dengan keberadaan warung makan yang tidak buka setiap waktu.
Jadi alangkah praktisnya jika menggunakan jasa service makan dari si empunya home stay dengan tarif miring Rp 100 ribu per hari.
Tentu apa yang anda dapatkan berbanding lurus dengan kocek yang dikeluarkan.
Jika ingin memuaskan hobi snorkeling atau surfing, jangan lupa membawa ‘peralatan tempur’ sendiri karena anda tak akan menemukan jasa sewa peralatan tersebut di pulau kecil ini.
Termasuk menghargai kearifan lokal dengan tidak berpakaian terbuka, sekalipun di pantai.
Namun di sini anda akan mendapati pengalaman berbaur langsung dengan penduduk pribumi dengan keindahan alam yang masih perawan.
Merasakan keramahan khas orang timur dalam balutan eksotisme pantai khas negeri maritim.