Batu Pertolongan di Samosir yang Ramai Didatangi Pejabat Jelang Pilkada dan Cerita Mistisnya
Tempat ini kerap didatangi oleh orang-orang untuk meminta pertolongan terkait hajat dan keperluan mereka.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, SAMOSIR - Batu Pertolongan, Garden of God merupakan sebuah tempat di gunung Pusuk Buhit, Samosir, Sumatera Utara.
Tempat ini kerap didatangi oleh orang-orang untuk meminta pertolongan terkait hajat dan keperluan mereka.
Uniknya, yang datang bukan hanya dari kalangan masyarakat awam, tapi pejabat hingga pengusaha besar pun melakukannya.
Batu Pertolongan. (Tribun Medan/Silfa)
Sagala, penduduk sekitar, menuturkan, kalau masyarakat menengah ke bawah biasanya datang dengan sepeda motor atau mobil sampai kaki gunung, kemudian berjalan untuk mendaki gunung selama 6 hingga 7 jam.
Sedangkan kalangan pejabat dan pengusaha kaya raya biasanya datang naik helikopter dan mendarat di kawasan Batu Pertolongan Siraja Babiat.
"Sering penduduk melihat helikopter mendarat di atas. Apalagi kalau sedang dekat pemilihan kepala daerah, helikopter yang mendarat bisa beberapa dalam seminggu," katanya.
Tempat yang dimaksud penduduk sebagai pendaratan helikopter tepat di pinggir jurang.
Namun dengan kondisi tanah datar yang luas sekitar 5×6 meter sedangkan sisanya berupa pohon pinus yang tinggi menjulang dan tanah terjal untuk naik ke atas puncak.
Di sanalah, katanya, tempat para orang yang percaya akan cerita Siraja Batak diturunkan di Pusuk Buhit, meyakini bongkahan batu besar tersebut merupakan sarana untuk "meminta" hajat mereka.
"Batu itu dianggap sakral dan keramat. Tempat persembahan, jadi jeruk purut, sirih, telur ayam kampung diletakkan di batu tersebut," jelasnya.
Uniknya, suasana mistis kerap kali terjadi di sana.
Yakni para pendaki yang konon dibawa berputar atau kembali ke bawah, alias tidak sampai-sampai ke puncak gunung.
Kabut di sekitar Batu Pertolongan pun terbilang tebal.
Pantauan Tribun Travel selama lebih 30 menit beristirahat dan melakukan wawancara dengan pendaki, keadaan terus berkabut hingga jalan ke puncak pun tidak tampak lagi.
Seorang pendaki yang telah 3 kali mendaki Pusuk Buhit, Irwan, menuturkan, di area Batu Pertolongan memang sering berkabut padahal cuaca cerah di bawah kaki gunung.
Namun saat melewati area ini atau sudah sampai ke atas puncak, kabutnya tidak ada alias terang.
"Mungkin ada penjelasan ilmiahnya yang tidak saya tahu. Tapi beberapa kali saya mendaki sering kali di sini berkabut padahal di bawahnya dan di bukit setelah melewati Batu Pertolongan tidak," katanya.
Menurutnya asal usul suku Batak dan kepercayaannya sangat sulit untuk ditelusuri dikarenakan minimnya situs peninggalan sejarah yang menceritakan tentang suku Batak.
"Kita dengar-dengar aja alasan kenapa banyak jeruk purut di sini, katanya batu besar tersebut merupakan batu pertolongan. Kita kan ke sini mau mendaki ya cuman numpang lewat. Saling menghormati sesama pendatang saja," jelasnya.
Para pendatang yang ingin "meminta" biasanya datang dengan membawa sapi putih, ayam putih, sirih, jeruk purut dan telur ayam kampung.
Berbeda dengan pendaki, biasanya pendaki berkemah di kawasan landai tersebut untuk melihat matahari terbit keesokannya di puncak.
Sedangkan para pendatang ini hanya datang untuk berdoa dan langsung kembali turun.