Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Benteng Oranje Nassau: Saksi Bisu Perjuangan Pangeran Antasari dan Rakyat Banjar Melawan Belanda

Objek Wisata Benteng dan Tambang Oranje Nassau ini merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Benteng Oranje Nassau: Saksi Bisu Perjuangan Pangeran Antasari dan Rakyat Banjar Melawan Belanda
Banjarmasin Post/Yayu Fathilal
Sisa peninggalan Benteng Nassau di Kalimantan Selatan. 

Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Yayu Fathilal

TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Objek Wisata Benteng dan Tambang Oranje Nassau ini merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Jika membaca atau mendengar namanya, pastinya erat kaitannya dengan sejarah penjajahan Belanda di masa lalu.

Bangunan ini merupakan saksi bisu sejarah perjuangan Pangeran Antasari dan pasukannya melawan penjajahan Belanda.

Di sini pula awal meletusnya Perang Banjar, perang yang sangat lama, heroik dan menyakitkan bagi rakyat Banjar.

Perang ini banyaki menelan korban jiwa dari kaum pribumi yang dimulai pada 30 Juni 1859 dan berujung dengan runtuhnya Kerajaan Banjar pada 1905.

Berita Rekomendasi

Pasukan Pangeran Antasari sangat ditakuti Belanda, apalagi sebelum meletusnya perang ini, Belanda dibuat kalang kabut oleh penenggelaman kapal perang Belanda, Onrust, pada 1858, di perairan Muara Teweh, Kalimantan Tengah.

Benteng ini dulu merupakan tambang batu bara milik Pemerintah Hindia Belanda yang dibangun pada 1849 dan dinamai Oranje Nassau.

benteng
Petunjuk jalan menuju Benteng Nassau. (Banjarmasin Post/Yayu)

Menurut catatan sejarah pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan, ini merupakan pertambangan batu bara pertama di provinsi ini.

Dibangunnya menggunakan tenaga rakyat Banjar secara rodi dan Belanda kerap berbuat curang sehingga memantik kemarahan rakyat.

Akhirnya, benteng ini diserang pasukan Pangeran Antasari.

Pangeran Antasari mengirim surat kepada komandan benteng ini, Beeckman agar ia menyerah.

Pemerintah Belanda lalu menganggap Pangeran Antasari berbahaya sehingga dianggap pemberontak yang dikenai harga kepala 10.000 Gulden untuk menangkapnya hidup atau mati.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas