Sedang untuk wader yang tidak terlalu kering paling banyak dipesan oleh pembeli yang makan di tempat.

Tidak hanya wader, pengunjung juga bisa memesan kutok, udang, lele, cetol, dan tawes goreng yang rasanya juga tidak kalah gurih.

Selain disajikan dengan cara digoreng, warung Bu Jasman juga mengolah beberapa jenis ikan tersebut menjadi mangut.

"Kami menyediakan mangut lele, kutok, tawes. Sebenarnya jenis ikan apa pun bisa dimasak mangut," jelas Ninik.

Mangut khas warung Bu Jasman ini memiliki kuah santan berwarna kuning dengan citarasa gurih, dan bumbu-bumbunya terasa cukup kuat.

Hampir semua ikan yang diolah oleh Ninik berasal dari beberapa sungai yang ada di sekitar Yogyakarta, jadi ukuran setiap ikanya tidak bisa seragam.

"Untuk lele kami menyediakan dua jenis, yakni lele hasil budidaya dan lele tangkapan dari sungai yang rasanya lebih gurih dan dagingnya lebih padat. Saat ini cukup sulit mendapatkan lele yang hidup di sungai," jelas Ninik.

Sebagai pendamping setia olahan ikan tersebut ada beragam jangan ndeso, mulai dari brongkos, lodeh, dan beragam jenis oseng-oseng.

"Untuk lodeh, kami memiliki banyak varian, seperti lodeh mbayung (lembayung/ daun kacang panjang), jantung pisang, terong, tergantung bahan baku yang kami dapat di pasar," ungkap Ninik.

Dilanjutkannya, yang juga spesial dari tempat makan ini adalah sambal terasi mentahnya.

Sambal ini terbuat dari terasi, cabai, dan juga perasan jeruk limau. Setiap pelanggan dipastikan tidak melewatkan sambal khas ini.

Perpaduan "jangan ndeso" dan ikan air tawar ini selalu membuat warung Bu Jasman ramai pelanggan.

Bahkan seorang pakar kuliner seperti Bondan Winarno pun pernah singgah untuk mencicipi beragam menu.

Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa makan disana.

Dengan Rp.14 ribu pengunjung bisa menyantap nasi sayur dengan lauk wader goreng, itupun sudah dengan minumnya.

Jika anda ingin menjadikan wader goreng sebagai oleh-oleh harga per kilonya antara Rp.100 ribu hingga Rp.120 ribu.(*)