Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekjen UNWTO: Arief Yahya Membawa Pariwisata Indonesia Melompat Jauh

Sekjen United Nation World Tourism Organization (UN-WTO), Taleb Rifai empat puluh lima menit memuji-muji kepintaran Menpar Arief Yahya

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Sekjen UNWTO: Arief Yahya Membawa Pariwisata Indonesia Melompat Jauh
ist
Arief Yahya di Booth Wonderful Indonesia di ICC Messe Berlin 

Arief Yahya juga minta maaf ke UN-WTO, karena batal menjadi nara sumber dalam sesi seminar di ITB Berlin, 9 Maret 2016. Maklum, Kemenpar masih punya gawe besar, sebagai tuan rumah Gerhana Matahari Total (GMT) di 12 provinsi di tanah air dengan 100 event di seluruh Indonesia. Jelas, kegiatan kepariwisataan yang tidak mungkin dia tinggalkan.

“Karena itu, kami mohon maaf. Dua kali membatalkan acara dengan UN-WTO,” aku Arief.

Rifai Taleb berkata jujur, presentasi Menpar Arief Yahya sangat ditunggu-tunggu, terhadap banyak hal. Implementasi dari portopolio bisnis, ke dalam level functional strategy, menggabungkan antara teori dan praktik, di sector pariwisata.

Banyak ilmu baru yang bisa di-share ke dunia internasional, sebagai referensi dunia akan cetusan-cetusan baru experiences Kemenpar RI.

“Karena itu, kami mengundang Pak Menpar Arief Yahya ke Barcelona, untuk berbicara dengan pelaku bisnis dan industry pariwisata di Spanyol,” pinta Sekjen Rifai Taleb untuk kali ketiga, dan wanti-wanti untuk hadir.

Itu poin pertama, agenda meeting yang diminta Rifai Talib kepada Menpar Arief, dan langsung disetujui.

“Oke, saya setuju, saya akan datang, dan saya akan share banyak hal baru di pariwisata. Kebetulan, Menpar juga punya agenda untuk bekerjasama dengan expertis heritage Spanyol, Paradores yang sudah jatuh bangun sejak 1928 menangani jaringan 94 hotel terbaik yang menggunakan konsep restorasi heritage,” jawab Arief Yahya.

Berita Rekomendasi

Poin kedua, Rifai Talib juga meminta Menpar Arief Yahya hadir di China, 19-21 Mei 2016, UN-WTO bersama Pemerintah Tiongkok sedang membicarakan sustainable tourism, maritime tourism dan melihat impact pembangunan pariwisata terhadap devisa yang diterima negara. Dia ingin melibatkan para menteri dari 5 negara Asia yang masuk G-20, yakni China, India, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia.

“Saya setuju, saya akan datang, dan saya usulkan khusus ada tema pembahasan Jalur Admiral Cheng Ho yang ujungnya sampai ke Indonesia,” tutur Arief, yang akan didiskusika bentuknya ke The China National Tourism Administration (CNTA) Mr. Li Jinzao.

Jika jalur darat China itu dikemas dengan Silk Road –one belt, one road—melalui China daratan ke arah Eropa dan Selatan, maka Jalur Cheng Ho ini bisa dibuat jalur perdagangan baru melalui laut. Masih ada artefaknya, terutama di 10 pesisir dari Aceh, Batam, Belitung, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Tuban, Surabaya dan Bali, sekitar tahun 1371 – 1435.

Poin ketiga, kelanjutan kesepakatan UN-WTO dengan Kemenpar soal kerjasama observatory. Tiga kawasan destinasi yang akan diobservasi, dengan pendekatan Sustainable Tourism Development (STD) oleh UN-WTO didampingi perguruan tinggi nasional yang melihat kaitan antara community, destinastion, dan sustainability.

Lokasinya, Pangandaran dengan tim ITB Bandung, Kulonprogo Jogja dengan UGM, dan Mandalika dengan Universitas Mataram.

“Poin ketiga ini akan kami launching pada saat PATA Fair 2016 di Jakarta, September 2016,” jelasnya.

Tiga poin tantangan itu, langsung dijawab oleh Menpar Arief Yahya. Karena itu, pertemuan 45 menit di up level booth Wonderful Indonesia itu sangat efektif. “Senang bertemu dengan menteri yang berpandangan global,” puji Taleb Rifai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas