Cerita Mengapa Orang Belitung Punya Slogan 'Tiada Hari Tanpa Kopi'
Ini cerita kenapa orang Belitung tak bisa jalani hari-hari tanpa minum kopi dulu.
Editor: Agung Budi Santoso
Topik-topik pembicaraan seperti keluarga, bisnis, ekonomi, pemerintahan, dan politik akan menjadi santapan sehari-hari di warung kopi.
"Ini ruang publik tempat orang bisa bersosialisasi. Biasanya masyarakat sudah minum kopi di rumah tapi tetep ngopi lagi di warung. Ada juga biasanya buat santai sambil main catur kalau di sini," kata Ishak.
Salah seorang konsumen di Warung Kopi Kong Djie, Bagas (20) mengatakan, pergi ke warung kopi hingga empat kali dalam seminggu.
Di warung kopi, ia datang bersama teman-temannya untuk sekadar berbincang santai setelah pulang kuliah.
"Ya, di sini ngobrolin tugas, rencana jalan-jalan, apa saja yang bisa diobrolin," jelas Bagas yang datang bersama tiga orang temannya.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Belitung, Salim Yan Albert Hoogstad saat ditemui di Museum Tanjung Pandan mengatakan, kebiasaan minum kopi telah ada sejak zaman Belanda menduduki Belitung.
"Itu jadi kebiasaan. Misalnya katakanlah orang melayu Belitung ketika bertamu ke rumah Belanda itu disediakan kopi. Nah kebiasaan inilah yang terbawa, seperti di Tanjung Pandan ada Kopi Ake dari zaman Belanda sudah ada," kata Salim.
Ia memberikan contoh lain kebiasaan minum kopi di Manggar, Belitung Timur. Di Manggar, masyarakat di sana banyak yang bekerja di sektor pertambangan dan punya kebiasaan minum kopi.
"Umumnya kerja tambang selesai sore hari. Jadi untuk menghilangkan rasa penat mereka berkumpul, silaturahmi sambil ngopi," tambah Salim. (Wahyu Adityo/ Kompas.com)