Melihat Rumitnya Proses Panjang Bikin Perangkat Gamelan di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mari mengintip proses pembuatan gamelan di Sukoharjo, Jawa Tengah.
Editor: Agung Budi Santoso
Sang pemilik tempat, Supoyo mengatakan, kunjungan turis mancanegara ke rumah produksinya bukanlah yang pertama. Hampir setiap pekan, ada wisatawan yang ingin melihat proses membuat gamelan, baik wisatawan domestik maupun asing.
"Kami terbuka, silakan kalau mau melihat proses pembuatan gamelan di sini," kata pria berkacamata ini.
Menurut Supoyo, sentra pembuatan gamelan di Desa Wirun ada sejak 1956.
Mulanya, ada sekitar 15 prajin yang aktif dan meraih masa kejayaan di tahun 1999. Saat itu, pesanan datang dari berbagai daerah bahkan luar negeri.
Namun, satu per satu perajin rontok seiring harga bahan baku gamelan, semisal tembaga hingga timah, mulai tinggi sementara pesanan makin jarang.
Seorang pekerja merampungkan pembuatan rangka tempat gong. (TRIBUN JATENG/ M. SYOFRI KURNIAWAN)
"Yang modalnya tidak cukup, akhirnya kembali ke sawah dan yang tersisa sekarang hanya 10 perajin," sambungnya.
Meski banyak perajin yang gulung tikar, Supoyo berkomitmen tetap mempertahankan usaha yang telah dirintis puluhan tahun itu. Dia ingin, label desa gamelan tetap tersemat di Desa Wirun.
"Kami harus melanjutkan usaha ini. Bukan semata-mata alasan ekonomi tapi juga karena gamelan warisan budaya yang harus dilestarikan," ungkapnya.
Keteguhan hati para perajin di Desa Wirun itupun mendapat apresiasi presiden kala itu, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Presiden ke-6 ini memerintahkan para perajin di Wirun membuat gong raksasa.
Gong berdiameter lima meter dan berat 1,5 ton ini dibuat sebagai gong perdamaian pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean, 19 November 2011 di Bali.
Anda yang ingin melihat proses pembuatan gamelan secara langsung bisa datang ke Desa Wirun. Desa ini hanya berjarak sekitar 10 Km arah Selatan Kota Solo. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.