Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menikmati Kudapan Tradisional Aceh di Warung Pusaka Indatu Kuliner

Makanan tak selalu tentang citarasa, tapi juga tentang cerita yang ada di dalamnya.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Menikmati Kudapan Tradisional Aceh di Warung Pusaka Indatu Kuliner
Serambi Indonesia/Nurul Hayati
Kudapan tradisional Aceh berupa bu payeh 

Laporan Reporter Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNNEWS.COM, ACEH – Makanan tak selalu tentang citarasa, tapi juga tentang cerita yang ada di dalamnya.



Maka tak lengkap pelesir ke suatu daerah tanpa mencoba kuliner khas.

Kudapan menjadi salah satu peneman favorit menghabiskan sore.

Jika anda berkesempatan berkunjung ke Aceh, mampirlah ke Warung Pusaka Indatu Kuliner.

Warung terbuka yang menawarkan atmosfer sederhana seperti halnya menu yang ditawarkan.

Namun keberadaannya membuat warga pribumi bisa bernapas lega.


Proses membuat apam. (Serambi Indonesia/Nurul)

Pasalnya di luar ritual adat, kudapan tradisional semakin jarang ditemui.

Adalah sang pemilik, Mukhlis Abu Bakar yang mempunyai ide melestarikan kuliner warisan leluhur atau yang dalam bahasa lokal disebut indatu.

Terletak di Jalan Peulangi Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh, tempat ini muenyuguhkan rupa-rupa kudapan tradisional Aceh dengan tepung dan santan sebagai bahan utama.

Apam menjadi menu andalan tempat ini.

Makanan sejenis serabi ini disantap bersama kuah santan berisi potongan nangka dan pisang.

Rasakan gurihnya saat apam yang berbahan dasar tepung beras diguyur dengan kuah santan dan disantap hangat-hangat.


Warung Pusaka Indatu Kuliner Jalan Peulangi Gampong Mulia Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. (Serambi Indonesia/Nurul)

Apam menempati tempat yang istimewa dan hanya hadir saat ritual adat.

Di Aceh, apam atau serabi biasanya disuguhkan kepada tetamu yang melayat saat takziah atau upacara kematian.

Bahkan dalam kalender Aceh, terdapat sebuah bulan yang dinamai dan didedikasikan untuk penganan khas tersebut

Sepanjang sebulan penuh anda akan mendapati rumah-rumah di Aceh dibaui aroma apam.

Kenduri apam yang jatuh pada Bulan Ra’jab kalender hijriah disambut dengan sukacita warga.

Saling silaturrahmi dengan menyuguhkan atau membagi-bagikan apam kepada para tetamu dan tetangga.

Ritual adat ini lestari hingga kini, khususnya di kawasan pelosok Aceh.

Selain apam adalagi bu payeh yang berbahan utama tepung ketan.

Bu payeh merupakan penganan sejenis lupis.

Bedanya jika lupis disantap bersama air gula merah, maka bu payeh disantap bersama kuah santan.

Putu ayu dengan teksturnya yang mirip mi dan kolak ubi juga tersedia di sini.

Putu ayu yang juga berbahan dasar tepung biasanya terdapat dia atas di meja-meja rumah warga tatkala Bulan Ramadan dan menjadi menu berbuka favorit selain kolak.

Dengan santan sebagai pelengkap kudapan.

Bisa dibayangkan kan lezatnya?

Warung Pusaka Indatu Kuliner di Banda Aceh baru berumur 3 bulanan.

Tempat itu merupakan cabang dari daerah asalnya di Desa Lampoh Saka, Kecamatan Peukan Baroe, Kabupaten Aceh Pidie yang didirikan tahun 2005.

“Mulanya saya terpikir untuk mendirikan tempat ini karena sulit menemukan makanan khas Aceh dan tidak bisa makan sembarangan. Selain mengenyangkan makanan tradisional Aceh juga menyehatkan dan baik bagi lambung,” ujar pemilik Kafe Pusaka Indatu, Mukhlis Abu Bakar (46) tahun.

Pagi-pagi buta lima orang koki membantu mengolah kudapan tersebut mulai dari menyiapkan aneka penganan berbahan dasar tepung hingga memasakkan kuah santan dalam porsi banyak sebagai pelengkap.

Buka mulai pukul 09.00 – 18.00 WIB seporsi kudapan dihargai Rp 5.000 saja.

Cukup bersahabat bukan?

Tribun Travel menyambangi dapur warung dan melihat langsung proses pembuatannya.

Selain tentu saja mencoba penganan tradisisional yang legendaris bernama apam.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas